Sejumlah pengusaha pengumpul hasil bumi berbagai kabupaten/kota di Maluku Utara (Malut), menyatakan, harga komoditi cengkih menunjukkan terjadinya kenaikan secara signifikan dari Rp95 ribu per Kg menjadi Rp105 ribu per Kg.

Salah seorang pengusaha pengumpul hasil bumi, Abdul Haris di Ternate, Rabu, menyatakan,  harga komoditi perkebunan ini naik menjadi Rp105 ribu per Kg, dipengaruihi stok cengkih terbatas dalam tiga bulan terakhir ini.

Menurut dia, hingga kini permintaan untuk komoditi cengkih di pasaran meningkat, sedangkan stok dari petani yang masuk ke pengusaha pengumpul hasil bumi relatif  minim.

Olehnya itu, kata Abdul,  sebagian besar pedagang menaikkan harga komoditi cengkih Rp105 ribu per Kg, untuk merangsang petani menjual komoditi perkebuban ini.

Sedangkan, komoditi perkebunan lainnya yakni pala dan fuli harganya juga naik. Pala dari Rp90 ribu per Kg naik menjadi Rp100 ribu per Kg dan fuli dari Rp220 ribu per Kg menjadi Rp245 ribu per Kg.

"Tentunya, kebanyakan harga yang ada di Kota Ternate khususnya dan di Malut pada umumnya mengikuti harga yang ditentukan dari Surabaya, sehingga dengan minimnya stok dari petani mengakibatkan harga naik," ujar Abdul.  

Sebelumnya, sejumlah pengusaha pengumpul hasil bumi menyatakan, terdapat dua jenis komoditi perkebunan mengalami fluktuasi harga, yaitu kakao dan cengkih. 

Sementara itu, Kadisperindag Kota Ternate, Hasyim Yusuf ketika dikonfirmasi mengakui, naiknya harga komoditi cengkih karena minimnya stok dari petani, karena belum memasuki masa panen.


 

Pewarta: Abdul Fatah

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021