Ambon (Antara Maluku) - Bentrokan antara para penambang emas di kawasan Gunung Botak, Desa Wamsait, Kecamatan Waeapo, Kabupaten Buru sejak 15 Mei 2012 telah berimbas ke Namrole, Ibu Kota Kabupaten Buru Selatan.
Kapolres Buru dan Buru Selatan AKBP M Syarifuddin dan Kabid Humas Polda Maluku, AKBP Johanes Huwae belum bisa dikonfirmasi terkait insiden di Namrole itu.
Namun seorang warga setempat, Rony Tan, mengakui terjadinya bentrokan warga dan sedikitnya dua rumah terbakar.
"Ketegangan ini sudah terjadi sejak empat hari lalu akibat sejumlah warga Ambalauw, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) yang sedang melakukan penambangan di kawasan Gunung Botak terlibat bentrok dan dua orang meninggal dunia," katanya di Ambon, Sabtu.
Menurutnya, warga Ambalauw yang berada di Namrole tidak merasa puas dengan bentrokan di lokasi penambangan Gunung Botak (Namlea) sehingga mereka mengamuk dan terlibat bentrok dengan warga Namrole sejak Sabtu pagi (19/5).
"Kami tidak mengetahui secara pasti ada korban tewas atau luka dalam bentrokan di Namrole, tapi yang jelas dua rumah warga terbakar dalam peristiwa ini," katanya.
Namrole merupakan Ibu Kota Kabupaten Buru Selatan yang baru dimekarkan dari Kabupaten Buru sejak beberapa tahun lalu, namun daerah itu untuk sementara waktu masih berada di bawah wilayah hukum Polres Kabupaten Buru.
Bentrokan antarpara penambang di kawasan Gunung Botak (Namlea) ini muncul bersamaan dengan bentrokan antarwarga di Kota Ambon saat perayaan hari pahlawan nasional Thomas Matulessy alias Kapitan Pattimura yang mengakibatkan 51 orang terluka, belasan sepeda motor dibakar dan dicuri serta dua rumah penduduk terbakar.
Ketika terjadi bentrokan di lokasi tambang, Kapolda Maluku, Brigjen Polisi Syarief Gunawan langsung mengirimkan tambahan pasukan Keamanan ke lokasi Gunung Botak.
Pengiriman pasukan ini dilakukan Kapolda setelah menerima laporan Kapolres Buru, AKBP M. Syarifuddin terkait bentrokan warga setempat dengan warga pendatang untuk melakukan penambangan emas. ***1***