Ambon (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku melibatkan Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura (Unpatti) dalam upaya penanganan penyakit Tuberkulosis (TBC) dan stunting di daerah itu.
“Keterlibatan pemangku kepentingan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura, turut memberikan kontribusi dalam mengatasi pemerataan distribusi dokter di setiap wilayah yang ada di Maluku,” kata Gubernur Maluku Hndrik Lewerissa daam keterangan tertulis yang diterima di Ambon, Jumat.
Sebab hal itu sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat di bidang kesehatan yang saat ini dalam penanganan TBC dan stunting menjadi prioritas. Oleh sebab itu dibutuhkan perencanaan strategis dengan mengalokasikan sumber daya manusia untuk menangani persoalan kesehatan dimaksud.
Hal tersebut juga sejalan dengan visi dan misi Fakultas Kedokteran Unpatti yakni menjadi pusat unggulan pendidikan kedokteran dan kesehatan yang berorientasi lingkungan laut pulau serta berdaya saing nasional dan internasional pada tahun 2035.
Dekan Fakultas Kedokteran Unpatti, dr Bertha Jean Que, menekankan Fakultas Kedokteran Unpatti didirikan untuk menjawab permasalahan kesehatan di Provinsi Maluku.
Hal itu berarti semua pelayanan kesehatan yang ada di wilayah Provinsi Maluku harus terisi dengan tenaga dokter namun hingga saat ini masih ada puskesmas yang belum terisi dengan tenaga dokter.
“Unpatti memiliki tanggung jawab yang besar untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan bermutu karena terbukti ujian nasional kami selalu memperoleh nilai di atas rata-rata nasional, tinggal bagaimana para lulusan kami dapat diberdayakan untuk menolong masyarakat di pulau-pulau. Untuk itu kami mohon perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah ataupun provinsi untuk memperhatikan hal ini sehingga pelayanan kesehatan merata di Provinsi Maluku,” ungkapnya.
Oleh sebab itu Pemprov Maluku kini tengah mengupayakan untuk melakukan digitalisasi sistem pelayanan kesehatan guna menjangkau masyarakat yang ada di wilayah terluar.