Pemeran "Sejarah Maluku dari Masa ke Masa" yang digelar Museum Siwalima Provinsi Maluku, di Ambon, Kamis, menampilkan sejumlah Katana (pedang yang identik dengan Samurai dan Ninja) peninggalan masa pendudukan Jepang di daerah ini pada 1942.

Dibuka sekitar pukul 17.00 WIT oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku Insun Sangadji, sedikitnya ada lima belah Katana dengan ukuran beragam yang dipajang untuk dinikmati oleh para pengunjung. Pedang-pedang tersebut merupakan koleksi Museum Siwalima yang dikumpulkan dari berbagai lokasi.

Katana ditampilkan dalam vitrine (lemari untuk menata benda-benda seni) bersama sejumlah peninggalan Jepang lainnya, seperti uang kertas seratus rupiah produksi Jepang bertuliskan "Dai Nippon Teikoku Seihu", potret proses perekrutan tentara Jepang di Kota Ambon dan sejumlah foto lainnya.

Catatan informasi yang ditampilkan bersama peninggalan Jepang yang dipamerkan, disebutkan setelah mendarat di Indonesia, Jepang dalam waktu singkat mengusai Kepulauan Maluku. Mereka masuk melalui melalui Pulau Morotai, Provinsi Maluku, dan Pulau Misool, Provinsi Papua Barat.

Bertajuk "Sejarah Maluku dari Masa ke Masa", pameran itu dilaksanakan untuk memeriahkan 76 tahun kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 2021, dan ulang tahun ke-76 Provinsi Maluku pada 19 Agustus 2021.

Dijadwalkan berlangsung hingga 27 Agustus 2021, pameran ini juga bekerja sama dengan Museum Maluku (MuMa) di Belanda, untuk menampilkan sejumlah foto peristiwa yang mengisahkan tentang perkembangan orang Maluku sebelum masa pendudukan Hindia-Belanda, Jepang hingga kemerdekaan Indonesia.

Kepala Museum Siwalima Provinsi Maluku Jean Esther Saiya mengatakan selain untuk memeriahkan kemerdekaan Indonesia dan ulang tahun Provinsi Maluku yang sama-sama berusia 76 tahun, pameran "Sejarah Maluku dari Masa ke Masa" digelar untuk meningkatkan wawasan kebangsaan generasi milenial.

Karena dengan mengetahui sejarah para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan akan meningkatkan rasa cinta tanah air dan daerah sebagai bagian dari kesatuan bangsa Indonesia, sekaligus menjadi bagian dari identitas diri.

"Kami ingin menunjukan pada generasi milenial kalau pada masa lalu para pahlawan kita berjuang untuk kemerdekaan bangsa, di masa sekarang mereka juga bisa berjuang mempertahankannya, berjuang melalui pena dan buku," tandas Jean Saiya.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021