Gubernur Maluku, Murad Ismail meluncurkan Gerakan 11 September Maluku Indah (GSMI) Kalesang Negeri yang ditandai aksi bersih sungai pada lima daerah aliran sungai (DAS) di Kota Ambon.
"Gerakan ini untuk membangun dan menumbuhkan kesadaran seluruh masyarakat untuk mencintai dan peduli terhadap lingkungan," katanya, saat meluncurkan gerakan tersebut yang dipusatkan kawasan Pohon Puleh, Kota Ambon, Sabtu.
GSMI diluncurkan bersamaan dengan perayaan HUT ke-60 Gubernur Murad Ismail yang jatuh pada 11 September 2021, sekaligus merupakan tahun kedua gerakan tersebut dilaksanakan.
SGMI Kalesang Negeri bertema "lingkungan bersih, masyarakat sehat, ekonomi tumbuh" dititik beratkan pada aksi bersih sungai, tidak saja dilakukan oleh komunitas peduli sungai, tetapi semua komponen masyarakat untuk terjun lansung membersihkan sungai mulai dari hulu hingga ke hilir.
Aksi Kalesang Negeri atau peduli kampung, tidak hanya dilakukan di Kota Ambon, tetapi juga di 10 kabupaten/kota lainnya di Provinsi Maluku yang diinisiasi oleh Komunitas Peduli Sungai di masing-masing daerah, serta disiarkan dan disaksikan oleh 70 kelompok peduli sungai di Indonesia.
"Saya ingin Gerakan Kalesang Negeri ini tidak sekedar dilakukan di tataran permukaan saja, tetapi benar-benar menyentuh dan dirasakan manfaatkan oleh seluruh komponen masyarakat," katanya.
Khusus aksi bersih sungai perlu terus dilakukan setiap saat, karena selain sungainya menjadi bersih dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, juga mencegah terjadinya banjir saat musim hujan tiba.
"Keberadaan sungai-sungai di Maluku ini sangat penting. Semua komponen harus terlibat untuk menjaga, memelihara dan merawatnya. Jangan asal uang sampah ke sungai. Jika tidak diperhatikan suatu saat sungainya meluap dan menggenangi pemukiman," katanya.
Dia mencontohkan beberapa sungai besar di Pulau Seram yang airnya meluap saat musim hujan menyebabkan jembatan rusak atau putus, sehingga membutuhkan anggaran besar untuk memperbaiki atau membangun jembatan baru.
Karena itu, menurut Murad, Kalesang Negeri yang dahulu menjadi ciri khas orang Maluku, harus dikembalikan dan menjadi jati diri seluruh masyarakat dalam menjaga dan memelihara lingkungan sekitarnya.
Gerakan tersebut tidak perlu muluk-muluk, tetapi dimulai dari kebiasaan memungut sampah dan membuangnya pada tempat yang sudah disediakan, mengingat saat ini sampah juga dapat dijadikan barang berharga dan memberikan pendapatan baru bagi orang yang peduli.
"Saat ini budaya peduli sampah tidak terlihat. Anak-anak saja tidak akan memungut sampah yang berserakan dan dijumpai. Alasannya bukan mereka yang membuangnya. Mari Baku kele (gergandengan tangan) demi kelestarian lingkungan di Maluku Maluku," ujarnya.
Sedangkan Ketua Panitia Pelaksana GSMI Kalesang Negeri Justus Pattipawae mengatakan aksi tersebut disiarkan secara virtual di 10 kabupaten/kota di Maluku termasuk ikut disaksikan oleh komunitas peduli sungai se-Indonesia yang tergaung dalam gerakan restorasi sungai seluruh Indonesia.
GSMI Kalesang Negeri dilakukan dengan aksi bersih dari hklu ke hilir pada lima Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kota Ambon yakni DAS Batu Gantung, DAS Batu Gajah, DAS Waitomu, Das Hatukau atau Batu Merah dan DAS Wairuhu dengan menggerakkan 43 kelompok peduli sungai (KPS) di Ambon.
Sebanyak 43 KPS juga akan melakukan aksi warna-warni dengan pemasangan pesan edukasi kepada masyarakat yang bermukim di bantaran lima DAS tersebut, termasuk komitmen mereka untuk peduli dengan sungai.
Selain itu, berbagai komponen masyarakat juga akan melibatkan diri dalam aksi bersih TPU dan rumah ibadah yang akan berlangsung hingga 30 September 2021.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021
"Gerakan ini untuk membangun dan menumbuhkan kesadaran seluruh masyarakat untuk mencintai dan peduli terhadap lingkungan," katanya, saat meluncurkan gerakan tersebut yang dipusatkan kawasan Pohon Puleh, Kota Ambon, Sabtu.
GSMI diluncurkan bersamaan dengan perayaan HUT ke-60 Gubernur Murad Ismail yang jatuh pada 11 September 2021, sekaligus merupakan tahun kedua gerakan tersebut dilaksanakan.
SGMI Kalesang Negeri bertema "lingkungan bersih, masyarakat sehat, ekonomi tumbuh" dititik beratkan pada aksi bersih sungai, tidak saja dilakukan oleh komunitas peduli sungai, tetapi semua komponen masyarakat untuk terjun lansung membersihkan sungai mulai dari hulu hingga ke hilir.
Aksi Kalesang Negeri atau peduli kampung, tidak hanya dilakukan di Kota Ambon, tetapi juga di 10 kabupaten/kota lainnya di Provinsi Maluku yang diinisiasi oleh Komunitas Peduli Sungai di masing-masing daerah, serta disiarkan dan disaksikan oleh 70 kelompok peduli sungai di Indonesia.
"Saya ingin Gerakan Kalesang Negeri ini tidak sekedar dilakukan di tataran permukaan saja, tetapi benar-benar menyentuh dan dirasakan manfaatkan oleh seluruh komponen masyarakat," katanya.
Khusus aksi bersih sungai perlu terus dilakukan setiap saat, karena selain sungainya menjadi bersih dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, juga mencegah terjadinya banjir saat musim hujan tiba.
"Keberadaan sungai-sungai di Maluku ini sangat penting. Semua komponen harus terlibat untuk menjaga, memelihara dan merawatnya. Jangan asal uang sampah ke sungai. Jika tidak diperhatikan suatu saat sungainya meluap dan menggenangi pemukiman," katanya.
Dia mencontohkan beberapa sungai besar di Pulau Seram yang airnya meluap saat musim hujan menyebabkan jembatan rusak atau putus, sehingga membutuhkan anggaran besar untuk memperbaiki atau membangun jembatan baru.
Karena itu, menurut Murad, Kalesang Negeri yang dahulu menjadi ciri khas orang Maluku, harus dikembalikan dan menjadi jati diri seluruh masyarakat dalam menjaga dan memelihara lingkungan sekitarnya.
Gerakan tersebut tidak perlu muluk-muluk, tetapi dimulai dari kebiasaan memungut sampah dan membuangnya pada tempat yang sudah disediakan, mengingat saat ini sampah juga dapat dijadikan barang berharga dan memberikan pendapatan baru bagi orang yang peduli.
"Saat ini budaya peduli sampah tidak terlihat. Anak-anak saja tidak akan memungut sampah yang berserakan dan dijumpai. Alasannya bukan mereka yang membuangnya. Mari Baku kele (gergandengan tangan) demi kelestarian lingkungan di Maluku Maluku," ujarnya.
Sedangkan Ketua Panitia Pelaksana GSMI Kalesang Negeri Justus Pattipawae mengatakan aksi tersebut disiarkan secara virtual di 10 kabupaten/kota di Maluku termasuk ikut disaksikan oleh komunitas peduli sungai se-Indonesia yang tergaung dalam gerakan restorasi sungai seluruh Indonesia.
GSMI Kalesang Negeri dilakukan dengan aksi bersih dari hklu ke hilir pada lima Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kota Ambon yakni DAS Batu Gantung, DAS Batu Gajah, DAS Waitomu, Das Hatukau atau Batu Merah dan DAS Wairuhu dengan menggerakkan 43 kelompok peduli sungai (KPS) di Ambon.
Sebanyak 43 KPS juga akan melakukan aksi warna-warni dengan pemasangan pesan edukasi kepada masyarakat yang bermukim di bantaran lima DAS tersebut, termasuk komitmen mereka untuk peduli dengan sungai.
Selain itu, berbagai komponen masyarakat juga akan melibatkan diri dalam aksi bersih TPU dan rumah ibadah yang akan berlangsung hingga 30 September 2021.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021