Ketua Tim Penggerak PKK provinsi Maluku Widya Pratiwi mengajak warga di Kabupaten Kepulauan Aru untuk mulai terlibat mengelola sampah sebagai barang berharga dan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga.
"Sudah saatnya warga Kepulauan Aru melihat sampah sebagai barang sisa yang berharga dan dapat memberikan penghasilan bagi keluarga," katanya, di Dobo, ibu kota kabupaten Kepulauan Aru, Selasa.
Istri Gubernur Maluku Murad Ismail itu berkesempatan membuka program edukasi pengelolaan sampah kepada warga Kepulauan Aru, bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Maluku, TP PKK Maluku serta Pemkab Kepulauan Aru.
Menurutnya, sampah menjadi masalah global dan berdampak luar biasa terhadap lingkungan dan manusia. Di Indonesia timbunan sampah mencapai 67,8 juta ton pada 2020. Sampah rumah tangga merupakan penyumbang terbesar yakni sekitar 48 persen, pasar tradisional 24 persen dan sampah jalanan tujuh persen.
"Sampah plastik walaupun proporsi jumlah lebih sedikit sekitar 15 persen, tetapi seiring meningkatnya jumlah penduduk serta gaya hidup dan perkembangan teknologi, maka diperkirakan sampah plastik akan mencapai lebih 35 persen pada 2050," katanya.
Saat ini, hanya sedikit orang yang yang menganggap sampah sebagai sumber daya yang mampu menghasilkan pendapatan.
Widya menyadari, kurangnya kesadaran masyarakat serta minimnya fasilitas pengelolaan sampah juga menjadi masalah besar penanganan sampah termasuk di Maluku.
Sampah selain dikumpulkan, diangkut dan dibuang di TPA, juga dibakar bahkan dibuang di sekitar lingkungan pemukiman termasuk di sungai, pesisir pantai dan laut.
Fenomena sampah dibuang di pesisir pantai dan laut di wilayah kepulauan seperti Aru, telah menjadi permasalahan serius dan berdampak terhadap kesehatan lingkungan dan manusia.
Dia kembali mengingatkan warga tentang bencana longsoran gunung sampah setinggi 60 meter di Cimahi, Jawa Barat yang menewaskan 157 orang serta longsor sampah di Kota Ambon pada 2016 mengakibatkan enam orang meninggal sehingga perlu diwaspadai agar tidak terulang.
"Mengingat sampah rumah tangga adalah yang paling banyak dihasilkan setiap hari, maka diperlukan peran keluarga untuk menekan volumenya," ujar Widya.
Setiap rumah tangga juga diharapkan mulai mengelola sampahnya secara mandiri karena selain dampaknya bagi kebersihan lingkungan dan kesehatan, juga memberikan tambahan penghasilan dan kesejahteraan.
Bupati Kepulauan Aru Johan Gonga mengakui edukasi pengelaaan sampah sangat penting dan harus rutin guna menghambat dampak besar yang terjadi akibat lemahnya pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan sampah.
"Saya berharap, masalah sampah di Kepulauan Aru dapat diselesaikan dengan baik dan masyarakat bisa berperan aktif melalui budaya pengelolaan sampah secara mandiri," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021
"Sudah saatnya warga Kepulauan Aru melihat sampah sebagai barang sisa yang berharga dan dapat memberikan penghasilan bagi keluarga," katanya, di Dobo, ibu kota kabupaten Kepulauan Aru, Selasa.
Istri Gubernur Maluku Murad Ismail itu berkesempatan membuka program edukasi pengelolaan sampah kepada warga Kepulauan Aru, bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Maluku, TP PKK Maluku serta Pemkab Kepulauan Aru.
Menurutnya, sampah menjadi masalah global dan berdampak luar biasa terhadap lingkungan dan manusia. Di Indonesia timbunan sampah mencapai 67,8 juta ton pada 2020. Sampah rumah tangga merupakan penyumbang terbesar yakni sekitar 48 persen, pasar tradisional 24 persen dan sampah jalanan tujuh persen.
"Sampah plastik walaupun proporsi jumlah lebih sedikit sekitar 15 persen, tetapi seiring meningkatnya jumlah penduduk serta gaya hidup dan perkembangan teknologi, maka diperkirakan sampah plastik akan mencapai lebih 35 persen pada 2050," katanya.
Saat ini, hanya sedikit orang yang yang menganggap sampah sebagai sumber daya yang mampu menghasilkan pendapatan.
Widya menyadari, kurangnya kesadaran masyarakat serta minimnya fasilitas pengelolaan sampah juga menjadi masalah besar penanganan sampah termasuk di Maluku.
Sampah selain dikumpulkan, diangkut dan dibuang di TPA, juga dibakar bahkan dibuang di sekitar lingkungan pemukiman termasuk di sungai, pesisir pantai dan laut.
Fenomena sampah dibuang di pesisir pantai dan laut di wilayah kepulauan seperti Aru, telah menjadi permasalahan serius dan berdampak terhadap kesehatan lingkungan dan manusia.
Dia kembali mengingatkan warga tentang bencana longsoran gunung sampah setinggi 60 meter di Cimahi, Jawa Barat yang menewaskan 157 orang serta longsor sampah di Kota Ambon pada 2016 mengakibatkan enam orang meninggal sehingga perlu diwaspadai agar tidak terulang.
"Mengingat sampah rumah tangga adalah yang paling banyak dihasilkan setiap hari, maka diperlukan peran keluarga untuk menekan volumenya," ujar Widya.
Setiap rumah tangga juga diharapkan mulai mengelola sampahnya secara mandiri karena selain dampaknya bagi kebersihan lingkungan dan kesehatan, juga memberikan tambahan penghasilan dan kesejahteraan.
Bupati Kepulauan Aru Johan Gonga mengakui edukasi pengelaaan sampah sangat penting dan harus rutin guna menghambat dampak besar yang terjadi akibat lemahnya pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan sampah.
"Saya berharap, masalah sampah di Kepulauan Aru dapat diselesaikan dengan baik dan masyarakat bisa berperan aktif melalui budaya pengelolaan sampah secara mandiri," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021