Bupati Maluku Tenggara, M Thaher Hanubun berkesempatan hadir sekaligus memimpin penutupan atap gedung Gereja Katolik St. Petrus dan St. Paulus Watuar Kecamatan Kei Besar Kabupaten Maluku Tenggara, Selasa.
Pentupan atap gedung Gereja tersebut, ditandai dengan prosesi pemberkatan dan pemasangan atap pertama oleh Bupati Thaher dan di dampingi oleh Pastor serta Pimpinan dan Anggota DPRD.
Bupati dalam sambutannya menyatakan, pembangunan rumah ibadah merupakan salah satu prioritas Pemda Malra saat ini, yang dibangun dengan mengedepankan budaya Maren atau Gotong Royong.
Budaya maren adalah kebiasaan adat istiadat kita yang tidak boleh tergeser, kita harus mempertahankannya.
Ketika saya dan Wakil Bupati dilantik, saya mencoba membangkitkan budaya ini, mulai dari semua OPD baik Pimpinan Eselon II, III dan staf pergi ke Gereja dan Masjid seperti di Gereja Katolik Kolser, Gereja Protestan Ohoiseb dan Ohoidertawun, dan juga Masjid Mastur lama, untuk bekerja atau maren bersama membangunnya.
"Itu menunjukan kita bukan siapa-siapa, mungkin kita punya ada sedikit, semangat dan lainnya, namun ketika menjadi jadi satu maka semuanya dapat terlaksana dengan baik," ujar Thaher.
Baca juga: Pemkab Malra gelar kejuaraan bulutangkis perebutkan piala Bupati, intensifkan pertandingan
Gereja St. Petrus dan St. Paulus ini berdiri tanpa dukungan semua pihak maka itu tidak mungkin, jika kita harap orang Watuar sendiri itu mungkin juga akan berdiri, tapi tentunya butuh proses yang lama.
Namun bagi saya, saya sendiri tidak menginginkan pendirian rumah ibadah ini memakan waktu bertahun-tahun, setelah peletakan batu pertama, jangan lagi kita tunggu sampai puluhan tahun kedepan lagi baru kita resmikan, tandas Thaher.
Lanjutnya, untuk Gereja ini sendiri juga, tahun kemarin kita letakan batu pertama, dan sudah dibantu oleh Pemda, dan kini sudah sampai dengan penutupan atap Gereja, semoga dapat ditahbiskan atau diresmikan sesuai dengan rencana yakni pada tahun 2022.
Lebih jauh, kata Thaher, kemarin saya ke Ohoiwait untuk pembongkaran Masjid lama dan melihat pembangunan Masjid baru, kemudian ke Mataholat untuk pengecoran Masjid dan hari ini saya ada disini untuk tutup atap gereja, ini semata-mata mengharapkan ridoh Tuhan.
Kenapa kita harus membangun gereja, karena kita percaya Gereja bukan hanya sekedar tempat berkumpul untuk beribadah, terlebih tempat dimana Tuhan tinggal dan bersemayam, tetapi Gereja sesungguhnya adalah diri setiap orang.
Saya bekerja semaksimal mungkin, saya punya kasih, saya punya "fanganan" untuk semua tidak membeda-bedakan, Islam Kristen, Kei Kecil ataupun Kei Besar.
Kemudian saya mau bilang, hargailah setiap orang dalam pembangunan Gereja atau Masjid, batu sekecil apapun yang dia bawa dengan tulus dan iklas untuk membangun rumah Tuhan, maka terima dan hargailah itu, pungkas Thaher.
Baca juga: Hibah Pemda Malra Sangat Membantu, begini penjelasannya
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021
Pentupan atap gedung Gereja tersebut, ditandai dengan prosesi pemberkatan dan pemasangan atap pertama oleh Bupati Thaher dan di dampingi oleh Pastor serta Pimpinan dan Anggota DPRD.
Bupati dalam sambutannya menyatakan, pembangunan rumah ibadah merupakan salah satu prioritas Pemda Malra saat ini, yang dibangun dengan mengedepankan budaya Maren atau Gotong Royong.
Budaya maren adalah kebiasaan adat istiadat kita yang tidak boleh tergeser, kita harus mempertahankannya.
Ketika saya dan Wakil Bupati dilantik, saya mencoba membangkitkan budaya ini, mulai dari semua OPD baik Pimpinan Eselon II, III dan staf pergi ke Gereja dan Masjid seperti di Gereja Katolik Kolser, Gereja Protestan Ohoiseb dan Ohoidertawun, dan juga Masjid Mastur lama, untuk bekerja atau maren bersama membangunnya.
"Itu menunjukan kita bukan siapa-siapa, mungkin kita punya ada sedikit, semangat dan lainnya, namun ketika menjadi jadi satu maka semuanya dapat terlaksana dengan baik," ujar Thaher.
Baca juga: Pemkab Malra gelar kejuaraan bulutangkis perebutkan piala Bupati, intensifkan pertandingan
Gereja St. Petrus dan St. Paulus ini berdiri tanpa dukungan semua pihak maka itu tidak mungkin, jika kita harap orang Watuar sendiri itu mungkin juga akan berdiri, tapi tentunya butuh proses yang lama.
Namun bagi saya, saya sendiri tidak menginginkan pendirian rumah ibadah ini memakan waktu bertahun-tahun, setelah peletakan batu pertama, jangan lagi kita tunggu sampai puluhan tahun kedepan lagi baru kita resmikan, tandas Thaher.
Lanjutnya, untuk Gereja ini sendiri juga, tahun kemarin kita letakan batu pertama, dan sudah dibantu oleh Pemda, dan kini sudah sampai dengan penutupan atap Gereja, semoga dapat ditahbiskan atau diresmikan sesuai dengan rencana yakni pada tahun 2022.
Lebih jauh, kata Thaher, kemarin saya ke Ohoiwait untuk pembongkaran Masjid lama dan melihat pembangunan Masjid baru, kemudian ke Mataholat untuk pengecoran Masjid dan hari ini saya ada disini untuk tutup atap gereja, ini semata-mata mengharapkan ridoh Tuhan.
Kenapa kita harus membangun gereja, karena kita percaya Gereja bukan hanya sekedar tempat berkumpul untuk beribadah, terlebih tempat dimana Tuhan tinggal dan bersemayam, tetapi Gereja sesungguhnya adalah diri setiap orang.
Saya bekerja semaksimal mungkin, saya punya kasih, saya punya "fanganan" untuk semua tidak membeda-bedakan, Islam Kristen, Kei Kecil ataupun Kei Besar.
Kemudian saya mau bilang, hargailah setiap orang dalam pembangunan Gereja atau Masjid, batu sekecil apapun yang dia bawa dengan tulus dan iklas untuk membangun rumah Tuhan, maka terima dan hargailah itu, pungkas Thaher.
Baca juga: Hibah Pemda Malra Sangat Membantu, begini penjelasannya
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021