Pengidap human immunodeficiency virus (HIV) di Provinsi Maluku yang terdata oleh Komisi Penaggulangan Aids (KPA) setempat, pada Januari hingga Desember 2020, sebagian besar tidak memiliki pekerjaan tetap atau pengangguran.

"Setahun terakhir jumlah pengidap HIV yang terdata di Maluku sebanyak 406 orang, berdasarkan jenis pekerjaan yang dimiliki, lebih dari 50 persen berstatus pengangguran atau tidak memiliki pekerjaan yang tetap," kata Manajer Program KPA Provinsi Maluku, Chris Hutubessy di Ambon, Rabu.

Ia mengatakan, perkembangan kasus HIV selama di Maluku dalam setahun terakhir menunjukan bahwa dari total 406 pengidap HIV yang terdata, 272 orang di antaranya adalah pengangguran, jumlahnya sangat tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.

Berada di urutan kedua terbanyak adalah karyawan swasta yakni berjumlah 40 orang, kemudian wiraswasta sebanyak 29 orang, ibu rumah tangga 24 orang, pegawai honorer 18 orang, pegawai negeri sipil (PNS) 15 orang, TNI/Polri, petani dan tukang ojek masing-masing dua orang, serta pelajar dan pensiunan masing-masing satu orang.

Dikatakannya, tingginya angka pengangguran yang mengidap HIV menjadi bukti bahwa program penjangkauan, sosialiasi dan kampanye tentang cara penularan HIV dan acquired immunodeficiency syndrome (Aids) harus digencarkan lagi, karena mereka yang terdata hanyalah yang terekam saat berobat ke klinik Pelayanan, dukungan dan pengobatan (PDP).

Kendati masih dalam situasi pandemi COVID-19, KPA Provinsi Maluku, tetap berupaya menekan angka penyebaran HIV/Aids, salah satunya dengan melatih pendidik sebaya, mereka berperan membantu kelompok-kelompok sebaya dengan cara menyebarluaskan informasi sehingga dapat mengurangi resiko terhadap sesamanya.

Kriteria untuk menjadi pendidik sebaya adalah memiliki kemampuan berkomunikasi, dapat diterima dan dihargai oleh teman sebaya, menjadi model atau contoh yang baik bagi kelompoknya,  memiliki rasa percaya diri, mempunyai motivasi dan komitmen yang tinggi bekerja untuk pencegahan HIV/Aids.

Selain itu, para pendidik sebaya juga harus bisa menunjukan sikap empati dan menghormati Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) dan tidak menghakimi mereka.

"Dalam setahun terakhir ini program penjangkauan dan sosialisasi cenderung menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, karena kita juga sedang menghadapi pandemi COVID-19," ujar Chris.

 

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021