Bupati Maluku Tenggara M Thaher Hanubun menyambangi sejumlah desa (Ohoi) yang warganya bertikai di Kecamatan Kei Besar, Selasa, untuk memastikan bahwa pemerintah daerah akan membantu membangun kembali rumah-rumah yang rusak akibat bentrokan.
"Bantuan untuk membangun kembali rumah-rumah warga juga akan menjadi perhatian serius, begitu juga hal lainnya seperti sekolah anak-anak, maupun pemenuhan air bersih serta lainnya," kata Thaher kepada warga di Kei Besar.
Bentrokan antarkelompok warga terjadi pada 12 November 2022 dipicu konflik lahan warga Ohoi Elat dengan Ohoi Bombay yang akhirnya menyebar ke sejumlah ohoi lainnya. Akibatnya, dua warga meninggal dunia, puluhan warga luka-luka, puluhan bangunan rumah dan sekolah rusak dibakar.
Baca juga: Bupati Thaher: Bentrok Maluku Tenggara bukan konflik agama
Kunjungan tersebut dimanfaatkan Bupati Thaher untuk mengajak masyarakat menciptakan situasi keamanan dan ketertiban di masing-masing Ohoi, sekaligus Thaher juga menyerahkan sejumlah bantuan tanggap darurat bagi warga.
"Hari ini, kita membangun tenda untuk kamp penampungan bagi warga Ohoi Ngurdu, tikar, peralatan makan dan sebagainya juga kita sediakan, begitu pula sembako yang akan kita salurkan kepada masyarakat," ujar Thaher.
Ia memahami bahwa emosional warga baik dari Ohoi Bombay ataupun Hoar Ngurdu dan Elat masih tinggi akibat pertikaian yang terjadi, namun situasi kamtibmas harus tetap jaga. Warga harus mampu menahan diri dan tidak boleh mudah untuk percaya informasi-informasi yang beredar sebelum di cek kebenarannya.
Selain itu, Thaher juga memastikan bahwa bentrokan tersebut bukan dilatarbelakangi konflik antaragama atau SARA. Karena itu, warga diminta jangan mudah diprovokasi oleh pihak yang ingin memperkeruh suasana.
Baca juga: MUI bantah masjid terbakar akibat bentrokan di Maluku Tenggara, tepis isu hoaks
Untuk mewujudkan hal tersebut, lanjutnya, masyarakat terutama Pemerintah Ohoi harus berperan aktif sebagai perpanjangan tangan pemerintah kabupaten di tingkat desa. Kepala Ohoi maupun perangkat lainnya diminta untuk tidak meninggalkan ohoi, harus tetap berada di tengah-tengah masyarakat.
Menurut Thaher, saat ini TNI maupun Polri sudaj ada di Kei Besar sehingga warga tidak perlu kekhawatiran terhadap hal-hal yang tidak diinginkan.
"Percayakan semuanya kepada aparat yang bertugas," katanya.
Menurut Thaher, untuk berbicara damai di antara kedua belah pihak belum bisa pemerintah daerah paksakan untuk terjadi saat ini. Namun, semua pihak sama-sama mempunyai kewajiban untuk mencari solusi agar perdamaian itu dapat terjadi.
Pemda tentunya juga akan melibatkan seluruh unsur untuk proses mediasi tersebut.
"Apa yang dirasakan oleh masyarakat saat ini, lebih khusus masyarakat Ohoi Ngurdu turut juga dirasakan Pemda, sehingga Pemda, Pemprov, maupun negara melalui Kementerian Sosial tidak tinggal diam untuk membantu meringankan apa yang dirasakan masyarakat," demikian Thaher.
Baca juga: Kapolda Maluku: Konflik berdampak buruk bagi generasi muda, begini penjelasannya
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022
"Bantuan untuk membangun kembali rumah-rumah warga juga akan menjadi perhatian serius, begitu juga hal lainnya seperti sekolah anak-anak, maupun pemenuhan air bersih serta lainnya," kata Thaher kepada warga di Kei Besar.
Bentrokan antarkelompok warga terjadi pada 12 November 2022 dipicu konflik lahan warga Ohoi Elat dengan Ohoi Bombay yang akhirnya menyebar ke sejumlah ohoi lainnya. Akibatnya, dua warga meninggal dunia, puluhan warga luka-luka, puluhan bangunan rumah dan sekolah rusak dibakar.
Baca juga: Bupati Thaher: Bentrok Maluku Tenggara bukan konflik agama
Kunjungan tersebut dimanfaatkan Bupati Thaher untuk mengajak masyarakat menciptakan situasi keamanan dan ketertiban di masing-masing Ohoi, sekaligus Thaher juga menyerahkan sejumlah bantuan tanggap darurat bagi warga.
"Hari ini, kita membangun tenda untuk kamp penampungan bagi warga Ohoi Ngurdu, tikar, peralatan makan dan sebagainya juga kita sediakan, begitu pula sembako yang akan kita salurkan kepada masyarakat," ujar Thaher.
Ia memahami bahwa emosional warga baik dari Ohoi Bombay ataupun Hoar Ngurdu dan Elat masih tinggi akibat pertikaian yang terjadi, namun situasi kamtibmas harus tetap jaga. Warga harus mampu menahan diri dan tidak boleh mudah untuk percaya informasi-informasi yang beredar sebelum di cek kebenarannya.
Selain itu, Thaher juga memastikan bahwa bentrokan tersebut bukan dilatarbelakangi konflik antaragama atau SARA. Karena itu, warga diminta jangan mudah diprovokasi oleh pihak yang ingin memperkeruh suasana.
Baca juga: MUI bantah masjid terbakar akibat bentrokan di Maluku Tenggara, tepis isu hoaks
Untuk mewujudkan hal tersebut, lanjutnya, masyarakat terutama Pemerintah Ohoi harus berperan aktif sebagai perpanjangan tangan pemerintah kabupaten di tingkat desa. Kepala Ohoi maupun perangkat lainnya diminta untuk tidak meninggalkan ohoi, harus tetap berada di tengah-tengah masyarakat.
Menurut Thaher, saat ini TNI maupun Polri sudaj ada di Kei Besar sehingga warga tidak perlu kekhawatiran terhadap hal-hal yang tidak diinginkan.
"Percayakan semuanya kepada aparat yang bertugas," katanya.
Menurut Thaher, untuk berbicara damai di antara kedua belah pihak belum bisa pemerintah daerah paksakan untuk terjadi saat ini. Namun, semua pihak sama-sama mempunyai kewajiban untuk mencari solusi agar perdamaian itu dapat terjadi.
Pemda tentunya juga akan melibatkan seluruh unsur untuk proses mediasi tersebut.
"Apa yang dirasakan oleh masyarakat saat ini, lebih khusus masyarakat Ohoi Ngurdu turut juga dirasakan Pemda, sehingga Pemda, Pemprov, maupun negara melalui Kementerian Sosial tidak tinggal diam untuk membantu meringankan apa yang dirasakan masyarakat," demikian Thaher.
Baca juga: Kapolda Maluku: Konflik berdampak buruk bagi generasi muda, begini penjelasannya
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022