Ambon (Antara Maluku) - Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kota Ambon kekurangan tenaga pengajar, khususnya untuk bidang Pendidik Luar Biasa (PLB).

"Tenaga pengajar umum di sini 17 orang, sedangkan guru PLB hanya empat orang, termasuk saya," kata Kepala Sekolah SLB Negeri Kota Ambon Endah Pertiwi kepada ANTARA di Ambon, Rabu.

Ia mengatakan, kurangnya tenaga guru PLB membuat pihaknya kerepotan mengurus 105 siswa luar biasa, tingkatan TK hingga SMA yang dibagi per jurusan sesuai dengan kemampuannya.

Murid tuna netra ditempatkan di jurusan A, tuna rungu wicara berada di jurusan B, sedangkan siswa dengan "intelligence quotient" (IQ) lemah dibagi dalam dua kelas, yakni jurusan C untuk tuna grahita ringan, dan C1 untuk penderita down syndrom parah yang butuh penanganan khusus.

Jurusan D diperuntukan bagi siswa tuna daksa, jurusan E untuk murid tuna laras. Sedangkan jurusan F dikhususkan kepada anak-anak autis dan lambat belajar.

"Rata-rata guru-guru di sini tidak berasal dari lulusan spesifikasi PLB, jadi mereka juga agak kesulitan mengurus siswa luar biasa. Apalagi SLB ini adalah sekolah inklusif yang juga menerima murid-murid yang mengalami masalah lambat belajar, katanya.

Menurut Pertiwi, pihaknya sudah mengajukan permintaan tambahan tenaga pengajar, khususnya PLB, pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) kota Ambon.

"Kami sudah mengajukan permintaan tambahan guru PLB, tapi sepertinya Disdikbud juga mengalami kesulitan mendapatkan tenaga pengajar khusus di sini," katanya.

Ia menambahkan, kendati berada di sekolah luar biasa, siswa-siswi SLB Negeri Kota Ambon memiliki jadwal sekolah layaknya murid-murid sekolah reguler lainnya, yakni dari hari Senin hingga Sabtu, mulai pukul 08.00 WIT - 13.00 WIT.

"Tidak mudah memang mengajar anak-anak luar biasa, butuh kesabaran dan ketekunan ekstra. Tapi di sini hanya proses belajar - mengajar yang berbeda, jadwal sekolah dan pelajarannya tetaplah sama," ujar Endah Pertiwi.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012