Ternate (Antara Maluku) - Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) akan menjalin kerja sama dengan pemerintah Jepang di bidang kebudayaan, di antaranya dalam bentuk Pembukaan Program Studi kebudayaan Jepang di universitas swasta terbesar di Malut itu.
"Kami sudah melakukan pembicaraan dengan pihak Konjen Jepang di Makassar serta Kedubes Jepang dan Jepang foundation di Jakarta mengenai kerja sama tersebut dan tinggal menunggu penandatanganan (MoU-nya)," kata Rektor UMMU, Kasman S.Ag, MPd ketika dihubungi, dari Ternate, Senin.
Program Studi Kebudayaan yang akan dibuka tersebut tidak hanya difokuskan pada pengajaran Bahasa Jepang dan Kebudayaan Jepang, tapi juga diperluas dengan kerja sama lainnya seperti pertukaran mahasiswa dan pemuda dari kedua belah pihak.
Bahkan, kata Kasman, kerja sama tersebut akan dikembangkan pula pada kegiatan yang lebih luas seperti pengembangan penelitian dan pengiriman tenaga dosen untuk melanjutkan program S2 dan S3 di Jepang.
Selain itu, memanfaatkan kerja sama dengan Pemerintah Jepang tersebut untuk mendapatkan bantuan dalam pendirian Fakultas Kedokteran dan Farmakologi seperti bantuan perangkat lunak dan perangkat keras.
"UMMU sudah memprogramkan pendirian Fakultas Kedokteran dan Farmakologi. Kita berharap Jepang bisa membantu dalam penyediaan perangkat lunak dan perangkat keras dalam pendirian fakultas itu di UMMU," katanya.
Pendirian Fakultas Kedokteran dan Farmakologi telah dirintis sejak 2011, bahkan telah pula disiapkan pendirian rumah sakit bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mendukung pendirian fakultas itu.
Ia menambahkan, kerja sama kebudayaan antara UMMU dan pemerintah Jepang dapat pula menjadi sarana bagi Malut untuk memromosikan potensi pariwisata di daerah ini kepada masyarakat Jepang.
Salah satu potensi pariwisata di Malut yang memiliki prospek untuk dipromosikan Jepang adalah peninggalan Perang Dunia II, karena wilayah Malut pada 1945 menjadi salah satu lokasi perang antara Jepang dan Sekutu pada Perang Dunia II itu.
"Di Malut banyak peninggalan Perang Dunia II yang terkait dengan Jepang, seperti sejumlah bangkai kapal perang dan pesawat tempur Jepang serta bunker peninggalan Jepang, di antaranya terdapat di Perairan Kao, Halmahera Utara dan Pulau Morotai," katanya.
Selain itu, ada pula goa di Pulau Morotai tempat persembunyian tentara Jepang bernama Nakamura selama 35 tahun. Ia bersembunyi di goa itu dari tahun 1945 atau sesaat setelah Jepang takluk dari Sekutu sampai 1975.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012
"Kami sudah melakukan pembicaraan dengan pihak Konjen Jepang di Makassar serta Kedubes Jepang dan Jepang foundation di Jakarta mengenai kerja sama tersebut dan tinggal menunggu penandatanganan (MoU-nya)," kata Rektor UMMU, Kasman S.Ag, MPd ketika dihubungi, dari Ternate, Senin.
Program Studi Kebudayaan yang akan dibuka tersebut tidak hanya difokuskan pada pengajaran Bahasa Jepang dan Kebudayaan Jepang, tapi juga diperluas dengan kerja sama lainnya seperti pertukaran mahasiswa dan pemuda dari kedua belah pihak.
Bahkan, kata Kasman, kerja sama tersebut akan dikembangkan pula pada kegiatan yang lebih luas seperti pengembangan penelitian dan pengiriman tenaga dosen untuk melanjutkan program S2 dan S3 di Jepang.
Selain itu, memanfaatkan kerja sama dengan Pemerintah Jepang tersebut untuk mendapatkan bantuan dalam pendirian Fakultas Kedokteran dan Farmakologi seperti bantuan perangkat lunak dan perangkat keras.
"UMMU sudah memprogramkan pendirian Fakultas Kedokteran dan Farmakologi. Kita berharap Jepang bisa membantu dalam penyediaan perangkat lunak dan perangkat keras dalam pendirian fakultas itu di UMMU," katanya.
Pendirian Fakultas Kedokteran dan Farmakologi telah dirintis sejak 2011, bahkan telah pula disiapkan pendirian rumah sakit bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mendukung pendirian fakultas itu.
Ia menambahkan, kerja sama kebudayaan antara UMMU dan pemerintah Jepang dapat pula menjadi sarana bagi Malut untuk memromosikan potensi pariwisata di daerah ini kepada masyarakat Jepang.
Salah satu potensi pariwisata di Malut yang memiliki prospek untuk dipromosikan Jepang adalah peninggalan Perang Dunia II, karena wilayah Malut pada 1945 menjadi salah satu lokasi perang antara Jepang dan Sekutu pada Perang Dunia II itu.
"Di Malut banyak peninggalan Perang Dunia II yang terkait dengan Jepang, seperti sejumlah bangkai kapal perang dan pesawat tempur Jepang serta bunker peninggalan Jepang, di antaranya terdapat di Perairan Kao, Halmahera Utara dan Pulau Morotai," katanya.
Selain itu, ada pula goa di Pulau Morotai tempat persembunyian tentara Jepang bernama Nakamura selama 35 tahun. Ia bersembunyi di goa itu dari tahun 1945 atau sesaat setelah Jepang takluk dari Sekutu sampai 1975.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012