Ambon (Antara Maluku) - Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu menegaskan, penyelenggaraan Musabaqah Tiwalatil Qur'an Nasional (MTQN) XXIV tingkat Nasional, di Kota Ambon, 8 - 15 Juni 2012, mewujudkan tekad bersama umat beragama di Maluku dan tanah Air untuk saling menghidupkan dalam kebersamaan dan keragaman.
"MTQ nasional tidak hanya untuk membangun Ukhuwah Islamiah umat Muslim menjadi lebih erat, tetapi juga merupakan kristalisasi dari kerinduan seluruh umat beragama dengan satu tekad untuk membangun kebersamaan dan persaudaraan serta saling menghidupkan," tegas Gubernur Ralahalu dalam laporannya pada pembukaan MTQ Nasional, di Kota Ambon, Juma malam.
Perhelatan bernuansa Islami yang dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu, Gubernur Ralahalu menegaskan, MTQ Nasional yang berlangsung di Lapangan Merdeka itu, merupakan panggilan beragama untuk seluruh umat beragama di Maluku dan Indonesia secara umum, untuk meningkatkan semangat dan persatuan bangsa dan negara dengan saling menghargai dalam perbedaan.
Dia juga memaparkan konflik masa lalu yang terjadi di Maluku pasca 1999-2003, kendati menimbulkan berbagai krisis multi dimensi, tetapi menjadi pelajaran sangat berharga bagi seluruh masyarakat di provinsi "seribu pulau" untuk bangkit dan bergandengan tangan mengatasinya.
"Konflik masa lalu ibarat berlayar di tengah ombak dan badai tanpa tujuan yang pasti. Tetapi itu merupakan pengalaman paling berharga bagi seluruh masyarakat Maluku untuk bangkit dan mendayung bersama dengan semboyan 'Manggurebe maju' untuk mencapai pulau harapan yang didambakan bersama yakni kesejahteraan, keharmonisan serta kerukunan hidup antarumat beragama dalam nuansa persaudaraan," katanya.
Kerukunan dan persaudaraan antarumat beragama di Maluku dapat kembali tercipta karena dilandasi dan didukung kearifan lokal seperti "Pela-Gandong" serta potong di kuku rasa didaging, yang masih mengakar kuat di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
"Berbagai proses rekonsiliasi masyarakat Maluku yang diawali dengan Perjanjian Malino tahun 2010, juga mengakar pada falsafah hidup orang Maluku 'ale rasa bera rasa' atau sepenanggungan dalam penderitaan untuk bangkit dan keluar dari berbagai keterpurukan yang terjadi. Perjuangan ini pun dapat terwujud dengan ditetapkannya Kota Ambon sebagai salah situs perdamaian dunia yang ditandai dengan pembangunan Monumen Gong Perdamaian Dunia," katanya.
Keberhasilan masyarakat Maluku membangun perdamaian yang hakiki yang dilandasi kokohnya persaudaraan dan keharmonisan umat beragama di Maluku, haruslah dijadikan laboratorium perdamaian di tanah air.
"Memang banyak aspek pembangunan yang belum selesai dilaksanakan, terutama masalah kemiskinan, kesejahteraan masyarakat dan tingginya angka pengangguran, tetapi keberhasilan seluruh umat beragama di Maluku membangun solidaritas dan persaudaraan antarumat, harus dijadikan contoh bagi masyarakat di daerah lainnya di Indonesia," tandasnya.
Khusus tentang penyelenggaraan MTQ nasional yang dihelat secara meriah dan megah, Gubernur Ralahalu menegaskan, merupakan kemenangan umat beragama di Maluku untuk menuju puncak peradaban keagamaan di Indonesia.
Ketrlibatan seluruh lapisan masyarakat untuk mempersiapkan suksesnya penyelenggaraan MTQ, tanpa memandang perbedaan agama, membuktikan kematangan masyarakat daerah ini dalam menata kemajemukan keagamaan.
Ralahalu merasa yakin, seluruh Kafilah dari 33 provinsi yang hadir mengikuti kegiatan tersebut, akan belajar memaknai dan mengkreasikan kemajemukan dan pluralisme agama dengan gagasan dan nilai baru, sehingga toleransi antarumat akan semakin berkembang dan dijunjung tinggi di tanah air.
Gubernur Ralahalu dalam kesempatan tersebut juga menyampaikan terima kasih yang dalam kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, para Menteri Kabinet Indonesia bersatu jilid II serta kalangan DPR-RI yang terus mendorong dan mendukung berbagai program pembangunan Maluku dalam kontek daerah kepulauan.
Dia juga menyampaikan terima kasih kepada jajaran TNI dan Polri yang mendukung penuh susksesnya kegiatan tersebut, serta seluruh masyarakat dan pimpinan daerah di Maluku yang telah bersatu padu dan bekerja keras secara bersama menyukseskan kegiatan bernuansa Islami itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012
"MTQ nasional tidak hanya untuk membangun Ukhuwah Islamiah umat Muslim menjadi lebih erat, tetapi juga merupakan kristalisasi dari kerinduan seluruh umat beragama dengan satu tekad untuk membangun kebersamaan dan persaudaraan serta saling menghidupkan," tegas Gubernur Ralahalu dalam laporannya pada pembukaan MTQ Nasional, di Kota Ambon, Juma malam.
Perhelatan bernuansa Islami yang dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu, Gubernur Ralahalu menegaskan, MTQ Nasional yang berlangsung di Lapangan Merdeka itu, merupakan panggilan beragama untuk seluruh umat beragama di Maluku dan Indonesia secara umum, untuk meningkatkan semangat dan persatuan bangsa dan negara dengan saling menghargai dalam perbedaan.
Dia juga memaparkan konflik masa lalu yang terjadi di Maluku pasca 1999-2003, kendati menimbulkan berbagai krisis multi dimensi, tetapi menjadi pelajaran sangat berharga bagi seluruh masyarakat di provinsi "seribu pulau" untuk bangkit dan bergandengan tangan mengatasinya.
"Konflik masa lalu ibarat berlayar di tengah ombak dan badai tanpa tujuan yang pasti. Tetapi itu merupakan pengalaman paling berharga bagi seluruh masyarakat Maluku untuk bangkit dan mendayung bersama dengan semboyan 'Manggurebe maju' untuk mencapai pulau harapan yang didambakan bersama yakni kesejahteraan, keharmonisan serta kerukunan hidup antarumat beragama dalam nuansa persaudaraan," katanya.
Kerukunan dan persaudaraan antarumat beragama di Maluku dapat kembali tercipta karena dilandasi dan didukung kearifan lokal seperti "Pela-Gandong" serta potong di kuku rasa didaging, yang masih mengakar kuat di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
"Berbagai proses rekonsiliasi masyarakat Maluku yang diawali dengan Perjanjian Malino tahun 2010, juga mengakar pada falsafah hidup orang Maluku 'ale rasa bera rasa' atau sepenanggungan dalam penderitaan untuk bangkit dan keluar dari berbagai keterpurukan yang terjadi. Perjuangan ini pun dapat terwujud dengan ditetapkannya Kota Ambon sebagai salah situs perdamaian dunia yang ditandai dengan pembangunan Monumen Gong Perdamaian Dunia," katanya.
Keberhasilan masyarakat Maluku membangun perdamaian yang hakiki yang dilandasi kokohnya persaudaraan dan keharmonisan umat beragama di Maluku, haruslah dijadikan laboratorium perdamaian di tanah air.
"Memang banyak aspek pembangunan yang belum selesai dilaksanakan, terutama masalah kemiskinan, kesejahteraan masyarakat dan tingginya angka pengangguran, tetapi keberhasilan seluruh umat beragama di Maluku membangun solidaritas dan persaudaraan antarumat, harus dijadikan contoh bagi masyarakat di daerah lainnya di Indonesia," tandasnya.
Khusus tentang penyelenggaraan MTQ nasional yang dihelat secara meriah dan megah, Gubernur Ralahalu menegaskan, merupakan kemenangan umat beragama di Maluku untuk menuju puncak peradaban keagamaan di Indonesia.
Ketrlibatan seluruh lapisan masyarakat untuk mempersiapkan suksesnya penyelenggaraan MTQ, tanpa memandang perbedaan agama, membuktikan kematangan masyarakat daerah ini dalam menata kemajemukan keagamaan.
Ralahalu merasa yakin, seluruh Kafilah dari 33 provinsi yang hadir mengikuti kegiatan tersebut, akan belajar memaknai dan mengkreasikan kemajemukan dan pluralisme agama dengan gagasan dan nilai baru, sehingga toleransi antarumat akan semakin berkembang dan dijunjung tinggi di tanah air.
Gubernur Ralahalu dalam kesempatan tersebut juga menyampaikan terima kasih yang dalam kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, para Menteri Kabinet Indonesia bersatu jilid II serta kalangan DPR-RI yang terus mendorong dan mendukung berbagai program pembangunan Maluku dalam kontek daerah kepulauan.
Dia juga menyampaikan terima kasih kepada jajaran TNI dan Polri yang mendukung penuh susksesnya kegiatan tersebut, serta seluruh masyarakat dan pimpinan daerah di Maluku yang telah bersatu padu dan bekerja keras secara bersama menyukseskan kegiatan bernuansa Islami itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012