Ternate (Antara Maluku) - Warga Ternate, Maluku Utara yang bermukim di sekitar bantaran Kali Mati memilih mengungsi ke sejumlah tempat yang aman, menyusul hujan deras yang melanda Ternate sejak Sabtu sore.

"Kami memilih untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman, karena khawatir tempat tinggal kami terkena banjir lahar dingin seperti yang terjadi dalam sebulan terakhir," kata salah seorang warga Kelurahan Tubo, Rasina di Ternate, Sabtu.

Menurut Rasima, warga belum berani kembali ke rumah masing-masing karena khawatir hujan deras masih akan turun.

"Apalagi saat ini Kota Ternate dan sekitarnya masih diliputi awan gelap dan hal itu berpotensi hujan deras kembali terjadi," katanya.

Ia berharap Pemkot Ternate segera membenahi kali termasuk memasang tanggul agar kalau hujan deras air tak lagi meluap ke permukiman warga.

Warga saat ini juga menagih janji kepada Pemkot Ternate yang akan membantu perbaikan rumah mereka yang rusak akibat terjangan banjir lahar dingin letusan Gunung Gamalama beberapa waktu lalu segera direalisasi.

Namun, Pemkot sedanng melakukan koordinasi dengan seluruh kelurahan di daerah ini untuk mengantisipasi terjadinya banjir susulan yang merusak berbagai sarana infrastruktur baik rumah maupun sarana pembangunan lainnya di sekitar bantaran kali.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ternate, Hasyim Yusuf  menyatakan, Pemkot Ternate telah menurunkan sejumlah alat berat di kawasan rawan banjir seperti di kawasan Dufa-Dufa, Maliaro dan Salahuddin guna membenahi Kali Mati dan mengangkat material yang masuk berada di bantaran kali tersebut.

Hasyim mengatakan, saat ini ada 30 lokasi rawan bencana banjir lahar dingin pada 10 kelurahan di Kota Ternate yang telah dipasangi alat peringatan dini itu.

Alat peringatan dini yang masih manual tersebut ditempatkan di kantor kelurahan atau tempat strategis. Jika dibunyikan akan didengar oleh seluruh warga yang berada pada bantaran kali atau daerah sekitarnya yang rawan terjangan banjir lahar dingin saat hujan lebat.

"Keberadaan alat peringatan dini tersebut sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat, seperti ketika beberapa hari lalu Kota Ternate dilanda hujan lebat, masyarakat langsung siaga begitu mendengar bunyi alat peringatan dini itu," katanya.

Pada banjir bandang lahar dingin 9 Mei 2012, alat peringatan dini belum ada sehingga masyarakat tidak mengetahui munculnya banjir bandang lahar dingin. Saat itu tujuh warga tewas, delapan warga lainnya hilang dan ratusan rumah warga mengalami rusak berat dan ringan.

Pewarta: Abdul Fatah

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012