Ambon (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Maluku memastikan bahwa hingga menjelang akhir September 2024 belum ada temuan kasus virus cacat monyet (Monkey Pox/Mpox) di daerah itu.
"Atas temuan kasus cacar monyet pada beberapa daerah di Indonesia, kami meminta masyarakat tidak panik dengan berbagai opini yang berkembang," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Maluku Samsila Mona Rumata di Ambon, Senin.
Dikatakannya pada 11 kabupaten/kota di Maluku saat ini masih dalam batas nol temuan kasus cacar monyet, namun secara tugas dan fungsi instansi pihaknya tetap mewaspadai penyebaran dari kasus ini.
"Kami terus berkoordinasi dengan pihak terkait pengamanan dan kesehatan pada semua pintu masuk transportasi mulai dari bandara, pelabuhan, dan juga terminal, terhadap setiap orang yang yang keluar dan masuk Provinsi Maluku, hal ini untuk memastikan Provinsi Maluku tetap aman dan bersih dari penyebaran virus ini," ujarnya.
Hal itu, kata dia, karena dalam beberapa pekan terakhir beredar hoaks yang menyatakan rumah sakit tertentu di Maluku merawat pasien suspek cacar monyet. "Semua isu yang berkembang itu kami pastikan adalah hoaks," katanya.
Meski demikian pihaknya sebagai sektor pemimpin pembangunan kesehatan di Maluku tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dengan langkah-langkah pencegahan, yaitu memperhatikan protokol kesehatan dengan menjaga kebersihan diri melalui mencuci tangan, memakai masker, dan bila ada gejala langsung memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Ia menjelaskan cacar monyet adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus Monkeypox, sebuah spesies genus Orthopoxvirus.
Penyakit ini adalah penyakit zoonosis yang ditularkan dari hewan ke manusia, penyakit ini juga dapat menyebar dari manusia ke manusia lewat kontak erat dengan penderita cacar monyet, termasuk melalui kulit ke kulit, mulut ke mulut atau mulut ke kulit, serta kontak seksual.
“Adapun gejala penyakit ini biasanya disertai demam, sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung, lemas, pembengkakan kelenjar getah bening (di leher, ketiak atau selangkangan) dan ruam atau lesu kulit” ujarnya.
Ruam biasanya diikuti selama 1-3 hari demam. Ruam atau lesi pada kulit ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening hingga nanah kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok. Jumlah lesi pada satu orang dapat berkisar dari beberapa saja hingga ribuan, ruam cenderung terkonsentrasi pada wajah, telapak tangan dan telapak kaki serta dapat ditemukan juga di mulut, alat kelamin, dan mata.