Ambon (Antara) - Keberadaan tambang emas di Pulau Buru selama ternyata ini tidak mensejahterakan masyarakat setempat dan lebih banyak dinikmati segelintir oknum yang menamakan dirinya dewan adat.

"Uang miliaran rupiah yang dikumpul lewat penjualan karcis masuk lokasi penambnagan kepada puluhan ribu pendatang lebih dominan mengalir ke kantung-kantung pribadi para pengurus dewan adat," kata tokoh adat Desa Waelo, Baman Basan yang dihubungi dari Ambon, Sabtu.

Meski mendapat untung besar, namun dewan adat tidak bertanggung jawab untuk menyantuni keluarga korban ketika terjadi bencana longsor yang mengakibatkan penambang tewas atau menderita luka-luka.

Atau saat terjadi bencana banjir yang melanda puluhan warga desa beberapa waktu lalu tidak pernah mendapatkan perhatian dewan adat yang selama ini sudah banyak menikmati hasil kekayaan tambang lewat penjualan karcis, pungutan biaya parkir dan penjualan baju kaos.

Baman mengatakan, sikap mencari keuntungan pribadi dari sejumlah oknum dewan adat Buru ini membuat kecewa warga.

Kondisi ini juga diperparah dengan sikap pemerintah dan instansi terkait yang tidak tegas dalam menegakkan supremasi hukum sehingga banyak muncul permasalahan hukum tapi tidak pernah dituntaskan sesuai mekanisme yang berlaku.

"Saya kira sudah saatnya Pemkab Buru instansi terkait lebih bersikap tegas serta membenahi prosedur hukum agar setiap oknum pelaku kejahatan bisa diproses dan terpenting lagi membersihkan lokasi Gunung Botak dan sekitarnya dari aktivitas penambangan ilegal serta membubarkan dewan adat," katanya.

Karena potensi kekayaan alam berupa logam mulia ini juga tidak membawa pendapatan bagi daerah dan masyarakat Kabupaten Buru tapi lebih bermuara pada segelintir oknum yang menakaman dirinya dewan adat.

Salah satu warga Waerua, Ny. Lea Dawang (30) juga mengaku kecewa dengan sikap dewan adat bersama Onyong Wael yang mengusir dirinya dari lokasi penggalian emas di Gunung Waerua yang baru dibuka.

"Kami bersama puluhan penambang lainnya dicaci-maki dan diusir oleh panitia penjual karcis yang dibentuk dewan adat dan lubang-lubang galian diambil alih oleh mereka," katanya.

akibat perbuatan tersebut, para pencari logam mulia yang baru memulia usahanya sejak dua pekan lalu ini mengalami kerugian yang cukup besar karena sudah mengeluarkan modal untuk membayar karyawan, membeli peralatan masak dan perlengkapan lainnya.

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2013