Ambon (Antara Maluku) - PT. Manusela Prima Mining (MPM) segera membangun pabrik pengolahan nikel (smelter) berkapasitas produksi 200.000 ton per tahun di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB).
"Smelternya akan dibangun dalam tahun ini dan pekerjaan konstruksinya diperkirakan selesai dalam dua tahun," kata Komisaris PT MPM Herry Lisapally di Ambon, Kamis.
Herry mengatakan pembangunan smelter tersebut dilakukan menggunakan teknologi Jepang, sedangkan investasinya menggunakan dana patungan sejumlah investor asal Cina dan Polandia, Indonesia serta pemerintah Kabupaten SBB.
PT. MPM yang merupakan perusahaan patungan yang beranggotakan sejumlah investor dalam dan luar negeri, termasuk China dan Polandia, telah melakukan eksplorasi guna mengetahui cadangan nikel di kawasan Gunung Kobar dan Gunung Tinggi, SBB sejak tahun 2007.
"Hasil eksplorasinya menunjukkan dua kawasan tersebut sangat kaya kandungan mineral berupa nikel serta material ikutan lainnya, di mana cadangan nikelnya sebanyak 800 juta ton dengan kadar kandungan 1,3 persen hingga 2,4 persen," katanya.
Menurut Herry pihaknya telah menghabiskan investasi sebesar satu juta dolar untuk membiayai kegiatan eksplorasi yang berlangsung sejak 2007, serta eksploitasi yang sudah dilakukan sejak setahun terakhir.
PT. MPM juga telah melakukan ekspor perdana nikel dengan tujuan China pada 11 Januari 2014 atau sehari sebelum pemberlakuan Undang Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang pelarangan ekspor barang tambang mentah oleh Kementerian Energi sumber Daya Mineral (ESDM).
"Kami sebenarnya menargetkan ekspor perdana nikel mentah sebelum pemberlakuan UU Minerba tersebut sebanyak 50 hingga 100 ton, tetapi yang bisa dilakukan hanya 30 ton dikarenakan kondisi cuaca yang kurang bersahabat, pasokan peralatan terhambat serta kerusakan sejumlah sarana produksi," katanya.
Herry menambahkan bahwa mengawali pembanguan smelter tersebut pihaknya akan membangun pembangkit listrik berkasitas 200 megawatt (MW) yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan daya listrik yang diperlukan untuk operasional mesin pengolah biji nikel tersebut.
"Pengoperasian smelter nikel menyedot kapasitas listrik sangat besar, sehingga pembangunan pembangkit listrik dilakukan lebih awal," katanya.
Dia menambahkan, selain untuk memenuhi operasional dan kebutuhan pabrik, sebagian daya yang dihasilkan pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara tersebut juga akan disuplai untuk memenuhi kebutuhan daya listrik masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi perusahaan.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014
"Smelternya akan dibangun dalam tahun ini dan pekerjaan konstruksinya diperkirakan selesai dalam dua tahun," kata Komisaris PT MPM Herry Lisapally di Ambon, Kamis.
Herry mengatakan pembangunan smelter tersebut dilakukan menggunakan teknologi Jepang, sedangkan investasinya menggunakan dana patungan sejumlah investor asal Cina dan Polandia, Indonesia serta pemerintah Kabupaten SBB.
PT. MPM yang merupakan perusahaan patungan yang beranggotakan sejumlah investor dalam dan luar negeri, termasuk China dan Polandia, telah melakukan eksplorasi guna mengetahui cadangan nikel di kawasan Gunung Kobar dan Gunung Tinggi, SBB sejak tahun 2007.
"Hasil eksplorasinya menunjukkan dua kawasan tersebut sangat kaya kandungan mineral berupa nikel serta material ikutan lainnya, di mana cadangan nikelnya sebanyak 800 juta ton dengan kadar kandungan 1,3 persen hingga 2,4 persen," katanya.
Menurut Herry pihaknya telah menghabiskan investasi sebesar satu juta dolar untuk membiayai kegiatan eksplorasi yang berlangsung sejak 2007, serta eksploitasi yang sudah dilakukan sejak setahun terakhir.
PT. MPM juga telah melakukan ekspor perdana nikel dengan tujuan China pada 11 Januari 2014 atau sehari sebelum pemberlakuan Undang Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang pelarangan ekspor barang tambang mentah oleh Kementerian Energi sumber Daya Mineral (ESDM).
"Kami sebenarnya menargetkan ekspor perdana nikel mentah sebelum pemberlakuan UU Minerba tersebut sebanyak 50 hingga 100 ton, tetapi yang bisa dilakukan hanya 30 ton dikarenakan kondisi cuaca yang kurang bersahabat, pasokan peralatan terhambat serta kerusakan sejumlah sarana produksi," katanya.
Herry menambahkan bahwa mengawali pembanguan smelter tersebut pihaknya akan membangun pembangkit listrik berkasitas 200 megawatt (MW) yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan daya listrik yang diperlukan untuk operasional mesin pengolah biji nikel tersebut.
"Pengoperasian smelter nikel menyedot kapasitas listrik sangat besar, sehingga pembangunan pembangkit listrik dilakukan lebih awal," katanya.
Dia menambahkan, selain untuk memenuhi operasional dan kebutuhan pabrik, sebagian daya yang dihasilkan pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara tersebut juga akan disuplai untuk memenuhi kebutuhan daya listrik masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi perusahaan.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014