Pemerintah Provinsi Maluku Utara (Pemprov Malut)  melakukan  transformasi  pengembangan kawasan komoditas  unggulan agar  dapat menjadi sektor utama dalam pembangunan ekonomi di wilayah itu.

"Pemprov Maluku Utara fokus membangun sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dengan mengoptimalkan pengembangan sentra industri berbasis komoditas unggulan, baik perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan perkebunan pala, cengkih,  kelapa termasuk tanaman pangan, padi, ubi kayu, jagung, serta sektor pariwisata," kata Kepala Bappeda Malut  M. Sarmin S. Adam di Ternate, Selasa.

Menurut dia Malut menjadi salah satu daerah di Indonesia yang mampu menghadirkan pertumbuhan ekonomi positif di tengah  wabah Pandemi COVID-19. 

"Pada  2021 laju pertumbuhan ekonomi bahkan menembus dua digit yang merupakan pencapaian tertinggi sejak Provinsi Maluku Utara terbentuk," kata dia 

Ia mengatakan transformasi struktural berlangsung  cepat dalam tiga tahun terakhir yang didorong berkembangnya industri pengolahan mineral di beberapa kabupaten, khususnya Halmahera Tengah dan Halmahera Selatan. 

Di Kabupaten Halmahera Barat,  lapangan usaha dalam struktur PDRB cenderung melambat. Berdasarkan profil pertumbuhan, hanya lapangan usaha pertambangan dan penggalian, dan industri pengolahan yang bernilai positif . 

Sektor ekonomi yang masih berdaya saing tetapi lambat pertumbuhannya, salah satunya  pertanian, kehutanan, dan perikanan serta lapangan usaha lainnya.

Dia mengatakan, mengacu kepada data  Badan Pusat Statistik  2018-2022 menunjukkan  perubahan distribusi Pendapatan Domestik Regional Bruto  Malut, khususnya PDRB menurut Lapangan Usaha. 

PDRB Malut menurut Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, Perikanan pada  2018  Rp8.242,2 miliar,  2019  Rp8.700,5 miliar, dan  2020  Rp8.896,2 miliar.

Menurutnya, angka ini masih lebih tinggi di bandingkan dengan PDRB menurut lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian serta Lapangan Usaha Industri Pengolahan. 

Namun  2021 dan 2022 PDRB menurut lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada  2021 adalah Rp9.431 miliar dan  2022 adalah Rp10.132,5 miliar, atau  lebih rendah capainnya  dibandingkan lapangan usaha pertambangan dan penggalian serta lapangan usaha industri pengolahan.

Ia menyampaikan  saat ini sektor pertambangan memiliki kontribusi terbesar dalam PDRB  Malut  yaitu  pada  2022  PDRB  lapangan usaha pertambangan dan penggalian adalah Rp12.441,1 miliar dan lapangan industri pengolahan 2022 adalah Rp20.771,7 miliar.

Dari aspek daya saing ekonomi daerah Malut dihadapkan pada kurangnya kesiapan dan antisipasi atas momentum pertumbuhan ekonomi yang tinggi. 



 

Pewarta: Abdul Fatah

Editor : Ikhwan Wahyudi


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2024