Jakarta (Antara Maluku) - Indonesia dan Filipina menandatangani nota kesepahaman kerja sama strategis dalam pengembangan dan budi daya komoditas rumput laut mulai dari tahap hulu hingga hilir.

"Langkah (kerja sama Indonesia-Filipina) tersebut merupakan persiapan kedua negara dalam menghadapi implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015," kata Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI), Safari Azis dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Menurut Safari, pihaknya telah melakukan komunikasi intensif dengan Asosiasi Industri Rumput Laut Filipina (SIAP) dan Atase Perdagangan RI di Manila yang juga didukung oleh Gubernur Sulawesi Selatan sebagai daerah produsen dan eksportir terbesar rumput laut di Indonesia.

Ia memaparkan pertemuan itu membahas tentang perlunya dibangun kerja sama strategis dengan Filipina yang telah berpengalaman di bidang perdagangan, teknis budi daya, pascapanen dan penanganan rumput laut.

Kerja sama itu, ujar dia, juga penting guna meningkatkan kualitas serta investasi pengembangan industri yang dituangkan ke dalam bentuk Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding).

Ketua ARLI mengemukakan permintaan kebutuhan rumput laut kering untuk ekspor ke Filipina mencapai 40.000-50.000 ton sehingga pihaknya meminta dukungan pemerintah dalam implementasi kerja sama antara kedua negara.

"Penandatanganan ini sangat penting bagi pelaku usaha dan petani rumput laut Indonesia sebagai bentuk perluasan pemasaran," ungkap Safari Azis setelah menandatangani Nota Kesepahaman antara ARLI dengan SIAP di Filipina, Jumat.

ARLI mengutarakan harapannya agar pengembangan rumput laut dari hulu hingga hilir dapat segera terwujud, utamanya melalui akses pasar yang lebih luas, menyusul dengan kesiapan Indonesia untuk menghadapi pasar bebas ASEAN yang akan berlaku dalam beberapa bulan mendatang.

Sebelumnya ARLI mendorong dilakukannya kajian yang lebih matang terhadap proses hilirisasi rumput laut karena masih ditemukan beberapa permasalahan terkait komoditas tersebut di sejumlah daerah.

"Hilirisasi rumput laut memerlukan pengkajian yang matang," kata Ketua ARLI Safari Azis di Jakarta, Kamis (11/9).

Menurut Safari Azis, permasalahan seperti hambatan terhadap hilirisasi rumput laut masih terlihat di lapangan padahal ketersediaan bahan baku rumput laut cukup melimpah.

Ia berpendapat kecilnya penyerapan bahan baku tersebut antara lain karena ketidakmampuan industri nasional menyesuaikan harga bahan baku rumput laut dengan harga pasar internasional.

Untuk itu, ujar dia, pihaknya juga berharap agar pemerintah melakukan kajian yang jelas terkait jumlah produksi dan nilai ekspor rumput laut.

"Kami mempertanyakan juga bagaimana sistem kerja sama yang diterapkan dengan para petani dan pengumpul seperti apa karena mereka sudah paham dengan aturan harga jual bahan baku yang ada di pasar internasional melalui informasi-informasi dagang," katanya.

Safari menyarankan pemerintah terlebih dulu mengkaji perbandingan nilai ekspor dengan serapan produksi rumput laut lokal agar hilirisasi dapat dilaksanakan dengan baik.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014