Ambon (ANTARA) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Maluku optimistis petani dan pelaku usaha rumput laut di provinsi itu mampu menjadi eksportir.
"Rumput laut di sini hanya bersifat domestik antarpulau, petani dan pelaku usaha memang melakukan ekspor ke negara tujuan Jepang, Tiongkok dan negara lainnya tetapi melalui Surabaya, " kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku Yahya Kotta di Ambon, Sabtu.
Ia mengatakan, komoditas rumput laut masih dikembangkan di sejumlah daerah seperti Maluku Tenggara, Tual, Seram Bagian Barat (SBB) Kabupaten Kepulauan Tenggara (KKT) dan Kepulauan Aru sebagai sentra rumput laut.
Kendala yang dihadapi sejauh ini adalah petani dan pelaku usaha masih dalam penjajakan untuk ekspor, karena membutuhkan fasilitas penanganan misalnya kemasan, penatalaksanaan seperti pengujian, sehingga jika diantar pulaukan ke Surabaya ada fasilitas ekspor di sana.
"Karena itu ekspor belum dilakukan langsung tetapi melalui Surabaya, karena itu kita berharap ke depan adanya sinergi antara pemerintah daerah dan pemangku kebijakan agar ekspor bisa langsung dari Maluku ke negara tujuan, " katanya.
Ia menyatakan, Pemda sejatinya menghendaki ekspor rumput laut, tetapi semua tergantung eksportir itu sendiri.
"Kita mengharapkan ada ekspor rumput laut karena proses ekspor secara tidak langsung ada penambahan nilai ekspor, jenis komoditas serta negara tujuan yang pasti, karena rumput laut yang dikirim masih dalam bentuk bahan mentah," katanya.
Ia menambahkan, indikator kinerja ekspor Maluku setidaknya ada dua yaitu peningkatan komoditas ekspor UMKM, dan peningkatan nilai ekspor.
Sedangkan mutu rumput laut dipengaruhi tiga hal penting, yaitu teknik budidaya, umur panen, dan proses pengeringan.
"Pengeringan sangat perlu mendapat perhatian. Soalnya, meskipun hasil panen baik, akan tetapi bila penanganan pascapanen kurang baik, maka akan mengurangi mutu rumput laut tersebut," kata dia