Ambon, 28/6 (Antara Maluku) - Para pengrajin tenun ikat Tanimbar di Kota Ambon, Maluku siap memasarkan hasil karya mereka melalui jaringan online, setelah sebelumnya dipasarkan lewat pemesanan pribadi.

Setelah dilakukan peluncuran program kampung digital Ralsasam di desa Tawiri, Teluk Ambon, oleh Wali Kota Ambon dan manajemen PT Telkom Indonesia, terbuka kesempatan bagi para pengrajin untuk memasarkan produk melalui online.

Pengrajin tenun ikat Noni Watumlawar Selasa menyatakan, program kampung digital diharapkan dapat membantu usaha pemasaran yang dilakukan pihaknya selama ini.

"Selama ini kami terbatas dalam pemasaran hasil kerajinan, karena hanya dibuat jika ada pesanan dari masyarakat. Rata-rata kain tenun yang kami buat membutuhkan waktu satu hari hingga satu minggu tergantung motif dan besaran kain yang dipesan," katanya.

Menurut dia, usaha yang dilakukan sejak tahun 1980an di kota Ambon mulai berkembang di kawasan Skip kecamatan Sirimau dan saat ini telah menjadi 27 kelompok di desa Tawiri.

"Kiat berharap pemasaran melalui online dapat membantu kami para pengrajin kecil, sehingga kerajinan tenun ikat dapat berkembang bukan hanya di dalam Maluku tetapi sampai ke seluruh Indonesia bahkan ke mancanegara," ujar Noni.

Kain tenun ikat merupakan kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Alat tenun yang dipakai adalah alat tenun bukan mesin [ATBM].

Untuk menghasilkan kain tenun proses yang harus dilakukan adalah mengolah benang-benang menjadi kain tenun ikat dengan beragam motif, mulai dari memintal benang, membuat motif dengan mengikat tali rafia pada benang, sebelum mencelupkannya pada pewarna, hingga akhirnya menenun benang menjadi kain.

Benang dicelupkan di dalam pewarna, kemudian dijemur hingga kering. Setelah itu, tali rafia dilepaskan semuanya.

Tali yang sebelumnya mengikat di sejumlah benang memunculkan motif cengkeh berwarna putih di antara benang-benang putih yang telah berubah warna.

"Hal ini terlihat sederhana, tetapi sebetulnya rumit. karena dibutuhkan waktu minimal satu hingga dua minggu hanya untuk menyelesaikan satu kain tenun," katanya.

Noni menyatakan, harga kain yang dijual berkisar Rp100 ribu untuk selendang menggunakan benang biasa dan Rp150ribu untuk benang emas. Sedangkan harga kain berkisar dari harga Rp200ribu hingga Rp600 ribu per lembar bergantung pada motifnya.

"Umumnya motif yang diminati adalah pala dan cengkeh, parang salawaku serta motif etnik dari Maluku Tenggara Barat," ujarnya.

Pewarta: Penina Mayaut

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016