Ambon, 6/2 (Antara Maluku) - Stasiun Karantina Pertanian (SKP) Klas I Ambon di wilayah kerja (Wilker) Kobisadar melakukan pemeriksaan guna memastikan hewan jenis sapi yang akan dikirim bebas penyakit Brucellosis.
"Pemeriksaan dan pengambilan sampel darah terhadap 89 ekor sapi yang akan dikirim ke Timika Papua, guna memastikan hewan bebas dari penyakit brucellosis," kata tim Humas SKP Klas I Ambon, Julia Putiray, Sabtu.
Ia mengatakan, pemeriksaan dan pengambilan sampel dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.
Pemeriksaan dan pengambilan sampel tersebut wajib dilakukan setiap kali dilakukan pengiriman hewan keluar daerah. Upaya ini merupakan tugas SKP untuk menjaga keluar masuk Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) di pintu masuk seluruh Indonesia.
"Hal ini merupakan tugas rutin setiap kali dilakukan pengiriman hewan keluar daerah. Kami juga memeriksa tumbuhan seperti pengiriman jeruk yang dilakukan saat ini ," katanya.
Julia menjelaskan, brucellosis pada ternak sapi seperti diketahui merupakan penyakit ternak yang menjadi masalah nasional, baik untuk kesehatan masyarakat maupun persoalan ekonomi peternak.
Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme yang termasuk dalam genus brucella, dengan infeksi yang tersifat pada hewan maupun manusia.
"Di Indonesia kecenderungan meningkatnya populasi dan lebih seringnya mutasi sapi perah menjadi penyebab utama meningkatnya kasus brucellosis. Penyakit bruselosis telah dimasukkan dalam daftar penyakit menular yang harus dicegah dan diberantas sejak 1959," ujarnya.
Ia mengakui, penyakit brucellosis atau penyakit keluron pada sapi disebabkan oleh Brucella Abortus. Secara morfologi, kuman Brucella.
Spesies brucellosis yang lain diantaranya adalah Brucella suis dan Brucella meletensis juga dapat menyerang sapi. Namun organisme tersebut biasanya hanya terbatas didalam sistem retikuloendotelial, serta tidak mengakibatkan gambaran penyakit yang jelas.
Cara penularan yang paling banyak adalah melalui air atau pakan yang tercemar oleh selaput janin atau cairan yang keluar dari rahim hewan penderita infeksi.
Penularan bakteri brucellosis ini melalui jilatan dari sapi sapi tersebut, kemudian bakteri brucellosis dapat memasuki tubuh melalui selaput lender konjungtiva atau melalui gesekan kulit yang sehat. Untuk terjadinya infeksi melalui konjungtiva diperlukan kurang lebih 1,5 juta bakteri brucella.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017
"Pemeriksaan dan pengambilan sampel darah terhadap 89 ekor sapi yang akan dikirim ke Timika Papua, guna memastikan hewan bebas dari penyakit brucellosis," kata tim Humas SKP Klas I Ambon, Julia Putiray, Sabtu.
Ia mengatakan, pemeriksaan dan pengambilan sampel dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.
Pemeriksaan dan pengambilan sampel tersebut wajib dilakukan setiap kali dilakukan pengiriman hewan keluar daerah. Upaya ini merupakan tugas SKP untuk menjaga keluar masuk Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) di pintu masuk seluruh Indonesia.
"Hal ini merupakan tugas rutin setiap kali dilakukan pengiriman hewan keluar daerah. Kami juga memeriksa tumbuhan seperti pengiriman jeruk yang dilakukan saat ini ," katanya.
Julia menjelaskan, brucellosis pada ternak sapi seperti diketahui merupakan penyakit ternak yang menjadi masalah nasional, baik untuk kesehatan masyarakat maupun persoalan ekonomi peternak.
Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme yang termasuk dalam genus brucella, dengan infeksi yang tersifat pada hewan maupun manusia.
"Di Indonesia kecenderungan meningkatnya populasi dan lebih seringnya mutasi sapi perah menjadi penyebab utama meningkatnya kasus brucellosis. Penyakit bruselosis telah dimasukkan dalam daftar penyakit menular yang harus dicegah dan diberantas sejak 1959," ujarnya.
Ia mengakui, penyakit brucellosis atau penyakit keluron pada sapi disebabkan oleh Brucella Abortus. Secara morfologi, kuman Brucella.
Spesies brucellosis yang lain diantaranya adalah Brucella suis dan Brucella meletensis juga dapat menyerang sapi. Namun organisme tersebut biasanya hanya terbatas didalam sistem retikuloendotelial, serta tidak mengakibatkan gambaran penyakit yang jelas.
Cara penularan yang paling banyak adalah melalui air atau pakan yang tercemar oleh selaput janin atau cairan yang keluar dari rahim hewan penderita infeksi.
Penularan bakteri brucellosis ini melalui jilatan dari sapi sapi tersebut, kemudian bakteri brucellosis dapat memasuki tubuh melalui selaput lender konjungtiva atau melalui gesekan kulit yang sehat. Untuk terjadinya infeksi melalui konjungtiva diperlukan kurang lebih 1,5 juta bakteri brucella.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017