Ambon, 15/2 (Antara Maluku) - Pusat Penelitian Laut Dalam-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPLD-LIPI) menyusun data fauna makrobentik, berupa moluska, ekinodermata, krustasea, dan biota ekonomis penting yang ditemukan di perairan Pulau Saparua, Kabupaten Maluku Tengah dari hasil kajian biodiversitas pada 2016.
"Informasi fauna yang memiliki nilai ekonomis telah terdata dari hasil wawancara dengan penduduk. Penambahan spesimen koleksi yang telah teridentifikasi sedang dalam proses registrasi di Koleksi Rujukan (Reference Collection) milik PPLD," kata Peneliti Dharma Arif Nugroho, di Ambon, Rabu.
Fauna makrobentik merupakan hewan akuatik yang sifat hidupnya melekat pada substrat dasar perairan, dan berukuran lebih besar dari satu milimeter.
Selama penelitian pada 2016, Dharma mengemukakan, didapatkan sedikitnya 107 individu moluska di lokasi sampling, yakni pantai Waisisil di desa Tiouw, desa Haria, desa Mahu, desa Ihamahu, desa Porto, desa Kulur, desa Pia, desa Tuhaha, dan desa Saparua.
Sedangkan biota krustasea yang diperoleh sebanyak 68 individu, terdiri dari 39 jenis brachyura (kepiting), 22 jenis anomura (kelomang), dan tujuh jenis cirripedia (teritip).
"Jumlah biota ekinodermata yang diperoleh dalam penelitian itu adalah 18 jenis," katanya.
Untuk biota ekonomis muluska, terdapat Conomurex luhuanus yang sering disebut masayarakat setempat dengan bia jala, Bursa tuberosissima, Rhinoclavis vertagus, Giberulus gibberulus, Tectus fenestratus, Terebralia sulcata, Tonna cepa, dan Gafrarium.
"Untuk biota ekonomis teripang, ada Holothuria leucospilota, Holothuria edulis, Stichopus chloronotus, dan Holothuria atra," katanya.
Banyaknya jumlah individu fauna makrobentik yang ditemukan di perairan Saparua, sehingga masyarakat dianjurkan untuk menerapkan sasi, yakni sistem adat yang melarang mengambil hasil sumber daya alam dalam tengat waktu tertentu, agar sumber daya laut tersebut terkelola dengan baik.
"Hal penting yang harus dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah daerah adalah memanfaatkan sumberdaya fauna makrobentik secara lestari dan ramah lingkungan. Penggunaan sistem sasi sangat efektif dan tetap menjaga kearifan lokal untuk mengelola sumberdaya laut," tandas Dharma.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017
"Informasi fauna yang memiliki nilai ekonomis telah terdata dari hasil wawancara dengan penduduk. Penambahan spesimen koleksi yang telah teridentifikasi sedang dalam proses registrasi di Koleksi Rujukan (Reference Collection) milik PPLD," kata Peneliti Dharma Arif Nugroho, di Ambon, Rabu.
Fauna makrobentik merupakan hewan akuatik yang sifat hidupnya melekat pada substrat dasar perairan, dan berukuran lebih besar dari satu milimeter.
Selama penelitian pada 2016, Dharma mengemukakan, didapatkan sedikitnya 107 individu moluska di lokasi sampling, yakni pantai Waisisil di desa Tiouw, desa Haria, desa Mahu, desa Ihamahu, desa Porto, desa Kulur, desa Pia, desa Tuhaha, dan desa Saparua.
Sedangkan biota krustasea yang diperoleh sebanyak 68 individu, terdiri dari 39 jenis brachyura (kepiting), 22 jenis anomura (kelomang), dan tujuh jenis cirripedia (teritip).
"Jumlah biota ekinodermata yang diperoleh dalam penelitian itu adalah 18 jenis," katanya.
Untuk biota ekonomis muluska, terdapat Conomurex luhuanus yang sering disebut masayarakat setempat dengan bia jala, Bursa tuberosissima, Rhinoclavis vertagus, Giberulus gibberulus, Tectus fenestratus, Terebralia sulcata, Tonna cepa, dan Gafrarium.
"Untuk biota ekonomis teripang, ada Holothuria leucospilota, Holothuria edulis, Stichopus chloronotus, dan Holothuria atra," katanya.
Banyaknya jumlah individu fauna makrobentik yang ditemukan di perairan Saparua, sehingga masyarakat dianjurkan untuk menerapkan sasi, yakni sistem adat yang melarang mengambil hasil sumber daya alam dalam tengat waktu tertentu, agar sumber daya laut tersebut terkelola dengan baik.
"Hal penting yang harus dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah daerah adalah memanfaatkan sumberdaya fauna makrobentik secara lestari dan ramah lingkungan. Penggunaan sistem sasi sangat efektif dan tetap menjaga kearifan lokal untuk mengelola sumberdaya laut," tandas Dharma.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017