Saumlaki, 15/11 (Antara Maluku) - Sekretaris Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), John A. Rananmase menyatakan, sejumlah daerah di wilayah itu rawan serangan buaya.
"Sejak tahun 2014 kasusnya terus bertambah. Korban umumnya para nelayan, beberapa di antaranya meninggal dunia," katanya di Saumlaki, Rabu.
John mengatakan, tahun ini sudah dua orang korban gigitan buaya dinyatakan meninggal dunia. Pada Maret, korban seorang warga desa Bomaki, kecamatan Tanimbar Selatan, sementara pekan kemarin satu korban meninggal di lokasi laut kampung nelayan desa Latdalam.
Menurut dia, sejak tahun 2014 tercatat 12 orang menjadi korban gigitan buaya. Tujuh di antaranya meninggal dunia, sedangkan lima lainnya mengalami luka serius dan dirawat di RSUD dr. PP. Magrety Saumlaki.
Wilayah laut yang rawan dengan serangan buaya adalah perairan laut desa Latdalam, teluk Saumlaki yang meliputi wilayah laut kota Saumlaki, desa Sifnana, desa Bomaki dan desa Lermatan di kecamatan Tanimbar Selatan serta wilayah laut desa Ridool kecamatan Tanimbar Utara.
"Tahun 2014 itu terjadi satu kasus, tahun 2015 enam kasus, tahun 2016 tiga kasus, dan tahun ini sudah dua kejadian," kata John.
Ia menyatakan, Pemkab MTB sudah melakukan berbagai langkah penanggulangan seperti sosialisasi bagi masyarakat untuk mewaspadai wilayah ? wilayah yang rawan serta memfasilitasi setiap pemerintah desa dan para tua adat di sejumlah desa untuk melakukan ritual adat.
"Berdasarkan tutur sejarah, buaya ganas tersebut dipercaya sebagai jelmaan para leluhur yang geram akan hal-hal tertentu," katanya.
Ia juga menyatakan, tahun lalu ada rapat yang dipimpin oleh Wakil Bupati untuk membahas langkah penanggulangan atau pencegahan.
Rapat itu dihadiri oleh pimpinan TNI dan Polri serta aparat SAR di Saumlaki, dan kesepakatannya adalah buaya-buaya ganas itu harus dipancing lalu ditangkap.
John menambahkan, Pemkab MTB belum bisa memastikan penyebab terjadinya serangan buaya itu, termasuk belum bisa memastikan jenis buaya yang memangsa para korban.
"Sebelumnya beredar informasi bahwa buaya tersebut diduga berasal dari penangkaran di Australia Utara yang mengalami kerusakan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017
"Sejak tahun 2014 kasusnya terus bertambah. Korban umumnya para nelayan, beberapa di antaranya meninggal dunia," katanya di Saumlaki, Rabu.
John mengatakan, tahun ini sudah dua orang korban gigitan buaya dinyatakan meninggal dunia. Pada Maret, korban seorang warga desa Bomaki, kecamatan Tanimbar Selatan, sementara pekan kemarin satu korban meninggal di lokasi laut kampung nelayan desa Latdalam.
Menurut dia, sejak tahun 2014 tercatat 12 orang menjadi korban gigitan buaya. Tujuh di antaranya meninggal dunia, sedangkan lima lainnya mengalami luka serius dan dirawat di RSUD dr. PP. Magrety Saumlaki.
Wilayah laut yang rawan dengan serangan buaya adalah perairan laut desa Latdalam, teluk Saumlaki yang meliputi wilayah laut kota Saumlaki, desa Sifnana, desa Bomaki dan desa Lermatan di kecamatan Tanimbar Selatan serta wilayah laut desa Ridool kecamatan Tanimbar Utara.
"Tahun 2014 itu terjadi satu kasus, tahun 2015 enam kasus, tahun 2016 tiga kasus, dan tahun ini sudah dua kejadian," kata John.
Ia menyatakan, Pemkab MTB sudah melakukan berbagai langkah penanggulangan seperti sosialisasi bagi masyarakat untuk mewaspadai wilayah ? wilayah yang rawan serta memfasilitasi setiap pemerintah desa dan para tua adat di sejumlah desa untuk melakukan ritual adat.
"Berdasarkan tutur sejarah, buaya ganas tersebut dipercaya sebagai jelmaan para leluhur yang geram akan hal-hal tertentu," katanya.
Ia juga menyatakan, tahun lalu ada rapat yang dipimpin oleh Wakil Bupati untuk membahas langkah penanggulangan atau pencegahan.
Rapat itu dihadiri oleh pimpinan TNI dan Polri serta aparat SAR di Saumlaki, dan kesepakatannya adalah buaya-buaya ganas itu harus dipancing lalu ditangkap.
John menambahkan, Pemkab MTB belum bisa memastikan penyebab terjadinya serangan buaya itu, termasuk belum bisa memastikan jenis buaya yang memangsa para korban.
"Sebelumnya beredar informasi bahwa buaya tersebut diduga berasal dari penangkaran di Australia Utara yang mengalami kerusakan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017