Ketua Majelis Pekerja Harian (MPH) Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) Pendeta Ates J.S Werinussa mengajak umat Kristiani untuk memaknai perayaan "kunci taong" (tutup tahun)  dengan bersyukur atas seluruh kehidupan yang dijalani dan dilewati selama tahun 2019.

"Seluruh umat harus bersyukur karena kita tetap dilindungi Allah hingga akan melewati tahun 2019 yang diwarnai berbagai bencana alam," kata Ketua Sinode GPM saat memimpin ibadah persiapan "kunci taong" di Gereja Maranatha Ambon, Selasa malam.

Umat Kristiani diajak menyukuri kehidupan yang dialami sepanjang tahun 2019 walaupun dilewati dengan suka-duka karena gempa bumi yang terjadi di Maluku dan dirasakan selama lebih dari tiga bulan terakhir, termasuk diterpa berbagai isu yang menakutkan.

Sebagai orang beriman umat Kristiani harus meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi, termasuk bencana alam selalu diketahui oleh Allah sang pencipta.

"Tuhan tidak berjanji untuk menghentikan bencana tetapi janjinya melindungi orang-orang yang percaya kepadaNya dalam menghadapi segala cobaan termasuk bencana," ujarnya dihadapan ratusan umat Kristiani yang memenuhi gedung gereja terbesar di Kota Ambon itu.

Bersyukur, tandasnya, bukan sebuah kata tanpa makna, tetapi menjadi benang merah untuk menegaskan kepada umat tentang situasi dunia yang dihadapi saat ini, serta masa depan yang sementara digapai, tetapi terkadang yang dihasilkan masih jauh dari apa yang diharapkan.

Pendeta Ates juga mengibaratkan perjalanan kehidupan seluruh umat manusia yang akan merayakan malam pergantian tahun sebagai kapal yang bersandar sebentar di pelabuhan dan kemudian akan melanjutkan pelayarannya mengarungi lautan dan samudera luas tanpa batas.

Menurutnya, bersyukur tidak sekedar memiliki kesadaran untuk berterima kasih atas kehidupan yang dilewati, tetapi harus melingkupi seluruh persembahan hidup, sikap dan kesadaran kepada Allah.

Selain itu, bersyukur juga memberikan pengertian kepada manusia untuk tetap mengandalkan Tuhan dalam menjalani kehidupan dengan segala batasan yang dimiliki masing-masing orang.

"Umat Kristiani juga harus membangun kesetiaan dan kejujuran hidup, kendati kejujuran itu membuat kita menangis, semakin terisolasi dan terasing dari orang lain atau juga mengganggu status quo orang-orang tertentu," tegasnya.

Hidup dengan jujur adalah pelita di tengah kegelapan dan menghindari diri dari kebingungan di era global saat ini.

"Jujur tidak butuh diplomasi yang sangat panjang sampai melelahkan, tetapi kejujuran itu menciptakan keberadaan manusia yang terbatas dan terhubung dengan Tuhan yang tidak terbatas. Ini yang penting untuk diingat," demikian Ketua Sinode GPM.

Pantauan Antara ribuan umat Kristiani memenuhi gedung gereja, kathedral maupun paroki untuk mengikuti ibadah persiapan tutup tahun, di mana jadweal ibadah dan misa dilakukan antara dua hingga tiga kali dan disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gedung.

Pelaksanaan ibadah persiapan tutup tahun di setiap tempat ibadah turut diamankan oleh puluhan aparat kepolisian dan TNI yang dikerahkan untuk berjalan maupun mengatur arus lalu lintas yang terlihat ramai.
 

Pewarta: Jimmy Ayal

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019