Seorang pelajar SMA, korban kecelakaan lalu lintas (laka lantas) di Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Asroh Muliadi Laboka (18)  kesulitan biaya untuk meneruskan perawatan di rumah sakit, sehingga terpaksa menjalani proses pengobatan secara tradisional yang bisa membahayakan nyawanya.

Asroh yang terluka parah akibat laka lantas di jembatan Wairutung, desa Tulehu pada 4 Maret 2021, terpaksa menjalani pengobatan tradisional yang bisa membahayakan nyawanya karena kesulitan biaya untuk melanjutkan pengobatan di rumah sakit.

"Kami terpaksa mengeluarkan dia dari rumah sakit walau masih dalam perawatan, dan melanjutkan ke pengobatan kampung karena sudah tidak ada uang lagi," kata  ibu dari Asroh, Wa Ona (44), Kamis.

Asroh merupakan pelajar kelas 2 di SMA Nambuasa Negeri Tulehu. Ia ditabrak mobil angkutan kota jurusan Liang, kecamatan Salahutu - Ambon yang melaju dengan kecepatan tinggi dari arah Desa Waai, dan terseret cukup jauh dari lokasi tabrakan.

Akibat peristiwa tersebut, pelipis kepala sebelah kiri Asroh mengalami luka bocor memanjang hingga ke pipi, tangan dan pergelangan kaki kiri patah, serta mata kaki kiri luka bocor terbuka.

Awalnya dia ditangani di unit gawat darurat RSUD dr. Ishak Umarela Tulehu lalu dirujuk ke RSUP dr. J Leimena untuk perawatan lanjutan, tapi kembali dirujuk untuk operasi dan perawatan di RS Bhayangkara Ambon.

Wa Ona mengatakan seluruh biaya pengobatan Asroh di rumah sakit  lebih dari Rp40 juta. Uang tersebut mereka dapatkan dengan cara meminjam dari para tetangga, karena pelaku penabrakan hanya memberikan uang berobat sebesar Rp4.500.

"Mereka memberi biaya berobat Rp4.500. Itu pun dalam keadaan terpaksa. Sebelumnya mereka hanya memberikan Rp3 juta sebagai ganti rugi," ujar Wa Ona sambil terisak.

Tidak ada uang untuk melanjutkan perawatan, Wa Ona dan suaminya Muliadi memutuskan untuk membawa pulang anak mereka dan melakukan perawatan tradisional, yakni menggunakan papeda dan cairan infus kemudian ditempeli kain kasa dengan harapan luka Asroh bisa menutup kembali seperti semula.

Papeda adalah makanan khas Maluku yang dibuat dari campuran tepung sagu dan air panas. Teksturnya lengket menyerupai lem. Meski makanan tersebut disebut kaya serat, rendah kolesterol dan cukup bernutrisi, menjadikannya sebagai obat bisa saja semakin membahayakan kondisi Asroh yang terluka parah.

"Ada orang yang menyarankan menggunakan papeda dan cairan infus, katanya bisa membuat daging luka kembali tertutup. Jadi kami melakukannya. diganti tiap 30 menit," ujar Wa Ona. 

Saat ini Asroh hanya terbaring lemah di kasur yang digelar di atas lantai. Ia disarankan oleh tim dokter RS Bhayangkara Ambon untuk melanjutkan operasi dan pengobatan ke Makassar, tapi pihak keluarga tidak sanggup karena biayanya mencapai Rp50 juta.

"Bapaknya hanya petani. Kami tidak sanggup kalau harus ke Makassar. Biayanya terlalu besar. Untuk pengobatan sebelumnya saja kami harus meminjam dari tetangga," kata Wa Ona.
 

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021