Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Maluku Utara (Malut)n berupaya mendorong pemajuan kebudayaan di Kepulauan Maluku melalui pameran cagar budaya yang digelar untuk memeriahkan peringatan Hari Purbakala Nasional ke-108 di Kota Ambon, Senin.

Digelar di ruang pameran tetap satu Museum Siwalima Provinsi Maluku di Kota Ambon, pameran cagar budaya juga diramaikan dengan pertunjukan seni musik dan tari, serta sosialisasi "Peran Pemerintah Desa dan Pemangku Adat Dalam Pemajuan Kebudayaan".

"Yang paling utama dari pameran cagar budaya ini adalah bagaimana kita bisa mendorong pemajuan kebudayaan seperti yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan," kata Kepala BPCB Maluku Utara M Husni.

Ia mengatakan ini kali pertama pihaknya menggelar pameran bertema kronologi sejarah di luar wilayah Maluku Utara, baik dari era purbakala, sejarah masuknya agama Hindu-Budha yang disebut dengan zaman klasik, masuknya Islam hingga masa kolonial di wilayah kepulauan Maluku.

Sedikitnya ada 36 koleksi benda-benda sejarah dari berbagai era yang dipamerkan dalam pameran cagar budaya. Benda-benda tersebut merupakan koleksi milik Museum Siwalima dan Balai Arkeologi Maluku yang didata dan dipamerkan beserta informasinya oleh BPCB Maluku Utara.

Dijadwalkan berlangsung selama dua hari (14-15 Juni), pameran terkait sejarah dan budaya juga menghadirkan Wakil Rektor I Bidang Akademik Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon Yance Zadrak Rumahuru, antropolog Prof Hermien Soselisa dan sejarawan Prof Mus Huliselan dari Universitas Pattimura Ambon untuk memberikan sosialisasi terkait pemajuan kebudayaan.

"Target kita, bagaimana generasi muda Maluku maupun Maluku Utara  bisa belajar dan mengerti bagaimana pelestarian ke depan. Saya kira itu bagian
dari salah satu pemajuan kebudayaan," ujar Husni..

Seorang pelajar kelas 10 SMA Negeri 12 Ambon, Muhammad Riki Alfatah mengaku sangat senang bisa melihat secara langsung benda-benda bersejarah yang sebelumnya hanya bisa ia lihat di buku pelajaran. Ia sangat tertarik dengan kapak batu yang merupakan alat potong pertama digunakan oleh manusia.

Ia berharap teman-teman sepantarannya juga bisa datang menyaksikan pameran cagar budaya, agar bisa mempelajari apa yang sebelumnya hanya bisa dipelajari secara teori.

"Bangga bisa lihat secara langsung, sebelumnya hanya di buku pelajaran. Yang paling menarik itu, kapak batu, ternyata seperti inilah alat potong pertama yang digunakan oleh manusia," kata Muhammad Riki..

Sama halnya dengan Muhammad Riki,  seorang pelajar lainnya, Injil Alorang mengatakan ia bisa belajar banyak hal dari pameran cagar budaya, salah satunya adalah bagaimana proses perkembangan aktivitas kreasi manusia dari masa ke masa.

"Biasanya anak-anak lebih suka main tiktok, medsos, kalau ada yang begini bagus juga untuk kami, misalnya kerang yang dipemerkan, dulu digunakan untuk parut kelapa, itu satu fungsi yang bagus pada zaman itu, bisa kelihatan ada perbedaan dengan masa yang sekarang," ujar Injil Alorang.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021