Puluhan Sinterklas bergerilya di berbagai wilayah Kota Ambon dalam dua pekan terakhir untuk membagi-bagikan kado kepada anak-anak. Pantauan ANTARA, Kamis, puluhan Sinterklas sejak siang hingga malam hari melakukan aksinya dengan menggunakan kendaraan terbuka dilengkapi sirine sehingga menarik perhatian masyarakat. Mereka berasal dari kelompok dan organisasi pemuda Kristen di Kota Ambon. Anak-anak yang didatangi untuk diberikan kado dari "kakek tua yang baik hati" itu kebanyakan telah didaftarkan oleh orang tuanya kepada penyelenggara kegiatan rutin tahunan tersebut. Setiap orang tua yang mendaftarkan anaknya dikenakan biaya pendaftaran Rp15.000 hingga Rp25.000 untuk satu anak. "Biaya pendaftaran ini digunakan untuk transpor Sinterklas dan pendukungnya, di samping untuk kado berupa aneka permen, coklat dan kue," ujar Vally (35), seorang panitia pelaksana Sinterklaas di Kelurahan Urimesing, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon. Ia menambahkan, di wilayah kerjanya paling tidak ada 60-an anak yang didaftarkan untuk didatangi Sinterklas di rumah masing-masing. "Tahun ini jumlah anak yang didaftarkan agak menurun dibanding tahun lalu. Jumlah panitia sinterklas pun semakin banyak," katanya. Menurut dia, kegiatan itu sudah menjadi tradisi di Ambon menjelang Natal 25 Desember, sekaligus memperingati hari kelahiran Sinterklas tanggal 5 Desember," ujar Vally. Salah satu televisi swasta di Ambon, Molluca TV malah mematok biaya pendaftaran siterklas sebesar Rp75 ribu per anak. "Biaya pendaftarannya mahal, karena setiap anak selain mendapatkan kado juga diberikan VCD hasil rekaman kunjungan sinterklas yang akan ditayangkan saat perayaan Natal 25 Desember," kata Direktur Molluca TV, Emphy Likumahwa. Dia mengatakan, sedikitnya 200-an anak telah terdaftar untuk dikunjungi sinterklas dan kegiatannya mulai berlangsung sejak 7 Desember lalu. "Sebar kacang dan permen" Pantauan ANTARA di beberapa pemukiman, tampak anak-anak beramai-ramai berlarian mengikuti kendaraan rombongan Sinterklas yang mendatangani lokasi permukiman mereka. Hanya dengan mendengar serine kendaraan, anak-anak pasti bergerombol karena paham serine itu berasal dari kendaraan yang digunakan rombongan sinterklas yang datang ke pemukiman mereka. Biasanya dua "swarte piet" atau piet hitam yang menjadi pengawal utama kakek murah hati itu harus merogoh kacang atau permen yang tersimpan dalam karungnya untuk dilemparkan kepada anak-anak yang belarian mengikuti kendaraan mereka. Kehadiran Sinterklas tidak jarang membuat anak-anak yang dikunjungi ketakutan dan menangis terutama saat melihat dua tokoh piet hitam yang selalu membawa karung. Apalagi jika dilaporkan sikap dan kelakuan anak-anak kurang baik dan tidak mendengar perintah orang tuanya, maka piet hitam akan menakut-nakuti mereka untuk dimasukkan ke dalam karung yang dibawa. Sebaliknya untuk lebih memeriahkan kunjungan Sinterklas yang merupakan salah satu kegiatan tahunan jelang Natal itu, kelompok penyelenggara juga menyediakan beberapa badut dan peri cantik yang bertugas menghibur anak-anak yang dikunjungi. Setelah memberikan kado, Sinterklas juga tidak lupa memberikan nasehat bagi anak-anak untuk taat perintah orang tua, tidak nakal serta rajin belajar agar menjadi anak yang pandai dan baik budi.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2010