Ambon (ANTARA) - Komunitas Moluccas Coastal Care (MCC) melakukan tur edukasi bagi anak-anak Rumah Belajar Kalesang ke situs sejarah di Banda Neira, Kabupaten Maluku Tengah, dalam rangka memperingati hari ulang tahun ke-78 Kemerdekaan RI.
Kegiatan ini diikuti oleh 39 orang anak yang terdiri dari anak-anak rumah belajar dari Pulau Gunung Api Banda, pulau Banda Besar (Desa Lonthoir) dan Pulau Banda Neira, Malteng.
“Anak-anak datang dari pulau-pulau menggunakan alat transportasi laut dan melakukan perjalanan edukasi wisata ke beberapa situs sejarah seperti Rumah Pengasingan Sutan Sjahrir, Rumah Pengasingan Bung Hatta dan juga Benteng Belgica,” kata Koordinator MCC Program Edukasi Kepulauan Banda, Cyecil Pical, Ambon, Senin.
Ia mengaku, walaupun anak-anak tersebut merupakan yang lahir di Banda, namun belum semua anak memiliki kesempatan untuk mengunjungi situs-situs sejarah yang ada di Banda Neira.
Pada kesempatan ini, anak-anak belajar untuk melihat berbagai peninggalan pelaku sejarah kemerdekaan Indonesia seperti Sutan Sjahrir dan Bung Hatta melalui berbagai peninggalan pada rumah pengasingan maupun foto-foto yang terpampang pada dinding.
“Pesan yang ingin kami sampaikan bagi anak-anak rumah belajar melalui kegiatan ini adalah anak-anak dapat belajar dari semangat Sutan Sjahrir dan Bung Hatta yang sekalipun sedang diasingkan di pulau-pulau namun tetap semangat untuk berkarya bahkan mengajar anak-anak Banda kala itu,” ujarnya.
“Terlihat dari peninggalan kursi-kursi belajar serta papan tulis dan ruang kelas yang masih ada pada rumah pengasingan Bung Hatta sampai sekarang,” ia menambahkan.
Menurutnya, anak-anak Kepulauan Banda lahir dengan anugerah keindahan dan kekayaan alam yang begitu melimpah yang perlu dijaga oleh anak-anak generasi penerus.
“Semangat untuk terus belajar dan berkarya dapat dilakukan anak-anak, termasuk anak-anak rumah belajar yang ada di pulau-pulau,” terang Cyecil.
Edukasi bagi anak-anak di pulau kecil yang dilakukan MCC, ini juga dilakukan agar anak-anak mendapatkan kesempatan untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang sama sekalipun mereka tinggal di pulau-pulau kecil dengan akses informasi yang terbatas.
“Anak-anak pulau-pulau kecil di Maluku layak mendapatkan pendidikan yang baik sehingga mereka dapat tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas, kreatif tapi juga memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan potensi alam yang ada di sekitar mereka,” katanya menegaskan.
Tidak hanya melakukan kunjungan wisata sejarah, di akhir rangkaian perjalanan, anak-anak mengikuti berbagai perlombaan menyongsong perayaan 17 Agustus dengan melakukan lomba lompat karung, gigit sendok, menebak gambar serta permainan lainnya.