Ambon (ANTARA) - PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) Cabang Ambon, Maluku, menerapkan kebijakan ekstra trip malam hari di lintasan Pelabuhan Hunimua-Waipirit untuk mengurai antrian kendaraan.
Kebijakan ini diberlakukan karena berkurangnya jumlah kapal yang beroperasi di lintasan tersebut akibat sejumlah kapal menjalani perawatan rutin. Hal itu mengakibatkan kendaraan sempat menumpuk sejak pada 14 hingga 15 Oktober 2025.
“Saat ini, hanya tiga kapal yang aktif melayani lintasan Hunimua-Waipirit, terdiri atas dua kapal milik ASDP, yakni KMP Inelika dan KMP Terubuk, serta satu kapal milik Pancakarya, yaitu KMP Badaleon,” kata General Manager (GM) ASDP Ambon Syamsuddin Tanassy, di Ambon, Rabu.
Ia mengatakan, sementara saat ini, KMP Rokatenda dan KMP Erana tengah menjalani pemeliharaan rutin sebagai persiapan menghadapi masa angkutan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025.
“Pemeliharaan ini kami targetkan selesai pada akhir Oktober untuk KMP Rokatenda dan awal November untuk KMP Erana. Dengan begitu, seluruh armada siap menghadapi angkutan Nataru dan Lebaran mendatang dalam kondisi prima,” ujarnya.
Dari total tujuh kapal yang melayani lintasan Hunimua-Waipirit, empat merupakan milik ASDP dan tiga milik Pancakarya. Dua kapal Pancakarya lainnya, KMP Sardinela dan KMP Tj. Koako, diketahui masih menjalani pemeliharaan sejak pertengahan September.
Sebagai langkah antisipasi, ASDP Ambon menerapkan sistem kapal tiba berangkat dan menambah layanan ekstra trip malam hari untuk mempercepat pergerakan kendaraan dan mengurangi antrean di pelabuhan.
Selain itu, ASDP juga sedang usahakan KMP Samandar yang sedang beroperasi di lintasan Waai, untuk juga dapat beroperasi sementara di lintasan Hunimua-Waipirit
“Untuk ekstra trip menyesuaikan dengan kondisi antrian. Jadi tidak ada jam maksimal. Tetapi kami upayakan sampai habis antrean dan biasanya antrean selesai di jam 00.15 WIT,” ucapnya.
Sebelumnya, penumpukan kendaraan terjadi di area Pelabuhan Hunimua, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, pada Selasa (14/10/2025). Kondisi ini menjadi perhatian Ketua Komisi II DPRD Provinsi Maluku, Irawadi yang turut memantau langsung situasi di lapangan.
Berdasarkan pantauan, antrean kendaraan mencapai hingga ke gerbang pelabuhan, terdiri dari kendaraan roda dua, roda empat, hingga truk roda enam.
Penumpukan ini disebabkan oleh terbatasnya armada kapal feri penyeberangan yang saat ini hanya beroperasi dua unit. Akibatnya, proses bongkar muat kendaraan berjalan lebih lama dari biasanya.
