Saumlaki, 20/5 (Antara Maluku) - Bandara Mathilda Batlayeri Saumlaki yang mulai dioperasikan pada Mei 2014 belum menggunakan instrumen sistem navigasi penerbangan untuk memberi panduan tentang arah, jarak pandang, kecepatan pesawat dan ketinggian untuk pendaratan ketika cuaca buruk.
Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara Mathilda Batlayeri Saumlaki, Chairul Humam di Saumlaki, ibu kota kabupaten Maluku Tenggara Barat, Sabtu, menyatakan pihaknya selama ini menggunakan sistem manual.
"Peralatan navigasi itu menjadi kewenangan Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Nasional Penerbangan Indonesia atau Airnav, baik dari kontrol maupun peralatannya. Kita sudah punya petugas Airnav, namun karena towernya belum selesai dikerjakan maka digunakan sistem manual," katanya.
Menurut dia, fasilitas navigasi diperlukan untuk bantuan navigasi udara, termasuk daerah pendaratan, penerangan setiap peralatan atau perlengkapan untuk penyebaran informasi cuaca, pengiriman sinyal, radio penentu arah, atau radio komunikasi nonelektris, dan setiap struktur atau mekanisme lain yang mempunyai peran sejenis sebagai petunjuk atau pemanduan bagi penerbangan di udara, atau bagi pesawat udara yang sedang mendarat atau lepas landas.
Ia mengakui sampai saat ini belum ada kepastian penangana masalah tersebut, akibat belum ada peralihan aset lokasi tower kepada pihak Airnav.
"Terakhir pada saat HUT TNI AU beberapa waktu lalu, GM Airnav Ambon tiba dan kita diskusi, dan disepakati prioritas pertama yang bakal diselesaikan adalah towernya dulu," katanya.
Pekerjaan menara itu belum diselesaikan karena belum ada peralihan aset, sehingga Airnav belum berani membangunnya. Kalau tower sudah selesai dikerjakan barulah masuk tahap pengadaan peralatan navigasi.
Chairul menyatakan, sistem panduan pendaratan secara manual yang digunakan selama ini sudah cukup terbantu dengan peralatan visual yang ada, mulai dari lampu landasan hingga peralatan komunikasi manual.
Meskipun demikian, dia berharap pengadaan instrumen sistem navigasi penerbangan segera disediakan agar pelayanan bandara Mathilda Batlayeri bisa lebih maksimal.
Ia menambahkan, sesuai perencanaan, hingga tahun 2030 bandara Mathilda Batlayeri ditargetkan menggunakan sistem panduan pendaratan "full instrument".
Sistem itu mencakup pengukur arah atau VOR (Very High Frequency Omni Range), NDB (Non Directional Beacon) atau alat bantu navigasi udara yang diletakkan di darat dan dipergunakan untuk mengarahkan pesawat kesuatu tempat yang dituju, atau untuk menemukan dan menentukan tempat landasan pesawat, DME, dan peralatan lain.
Bandara Mathilda Batlayeri Belum Miliki Peralatan Navigasi
Sabtu, 20 Mei 2017 18:06 WIB