Pemerintah kabupaten (Pemkab)  Maluku Tenggara (Malra) berencana mengembangkan budidaya rumput laut skala besar pada 2022 untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menurunkan tingkat pengangguran.

"Kita akan kembangkan budidaya rumput laut skala besar tahun 2022 di Pulau Kei Besar dan Kei Kecil karena potensi lahan untuk pengembangan komoditi ini di dua pulau ini sangat besar," kata Bupati Maluku Tenggara M. Thaher Hanubun, saat memimpin rapat koordinasi pengembangan rumput laut, di Langgur, Senin.

Thaher dalam rapat koordinasi bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kemenko Maritim dan Investasi (Marves), Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon, menyebutkan potensi lahan di Pulai Kei Kecil mencapai 7.773 hektare dan Pulau Kei Besar 929 hektare.

"Sejauh ini yang baru dimanfaatkan yakni 781,6 hektare di Kei Kecil, sedangkan sisanya 6.991 hektar belum dimanfaatkan. Di Kei Besar yang baru dimanfaatkan 64,7 hektare dan sisanya 864,3 hektare belum dimanfaatkan," katanya.

Menurut dia, sebagai tahap awal, perencanaan pengembangan rumput laut akan dilakukan pada areal 3.000 hektare dengan potensi penyerapan tenaga kerja 12.000 orang, serta satu hektare dikelola oleh empat pembudidaya.

Sementara itu, target produksi yang akan dicapai yakni sebanyak 37.800 ton dengan enam kali masa panen dalam setahun, atau sekitar 6.300 ton sekali panen.

"Dengan panen sebanyak ini akan berdampak pada peningkatan ekonomi daerah, terutama penurunan angka kemiskinan, peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan menurunkan angka pengangguran," ujar Thaher.

Dengan adanya budidaya rumput laut ini, ia memperkirakan angka kemiskinan dapat turun 26.702 jiwa atau 21,87 persen pada 2022, dari jumlah saat ini sebesar 27.425 orang atau 22,57 persen, berdasarkan data BPS pada 2020.

"Jika pengembangan usaha rumput laut skala besar dapat dilaksanakan tahun 2022, maka akan mengurangi jumlah penduduk miskin sebanyak 24.188 jiwa, dan hanya tersisa 2.514 jiwa atau 2,06 persen," kata Thaher.

Selain itu, pengembangan rumput laut di dua pulau tersebut juga diperkirakan berdampak meningkatkan pendapatan perkapita penduduk menjadi Rp33,19 juta, atau naik 12,16 persen, dari tahun 2020 yang hanya sebesar Rp26,83 juta.

Tingkat pengangguran juga diproyeksikan turun menjadi 1.703 orang atau 3,67 persen, dari jumlah pengangguran saat ini di Maluku Tenggara sebanyak 2.286 orang atau 4,95 persen, berdasarkan data BPS pada 2020.

"Jika budidaya rumput laut skala besar dilaksanakan tahun 2022, maka akan mengurangi angka pengangguran sebanyak 407 orang atau turun menjadi 1.296 orang (2,79 persen)," ujarnya.

Thaher menambahkan, budidaya rumput laut merupakan salah satu peluang strategis yang harus dikembangkan dan didukung semua pihak, agar berjalan sesuai perencanaan yang ditetapkan.

Pewarta: Siprianus janjanan

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021