Bupati Maluku Tenggara M. Thaher Hanubun menyatakan sejak 2018 hingga 2021 Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat sudah mengalokasikan dana hingga Rp58 miliar untuk pembangunan rumah ibadah di daerah terluar Provinsi Maluku tersebut.
"Di Malra saya bertugas bersama Wakil Bupati sejak Oktober 2018 hingga saat ini, Pemkab dengan dukungan DPRD telah mengalokasikan Rp58 miliar bagi pembangunan rumah ibadah serta kegiatan keagamaan di daerah ini," kata Thaher pada peresmian dan pemberkatan gedung gereja Santo Servasius Stasi Sathean Paroki Faan sekaligus peresmian rumah Pastor (Pastoran), Senin.
Hadir menyaksikan dalam peresmian tersebut Gubernur Maluku Murad Ismail, dan Uskup Agung Keuskupan Merauke sekaligus Administrator Apostolik Keuskupan Amboina Mgr. Petrus Canisius Mandagi.
"Hasilnya, seperti saat ini dapat kita lihat sendiri dengan diresmikannya juga gedung Pastoran untuk Stasi Sathean saat ini yang representatif," lanjut Thaher.
Mayoritas penduduk Malra adalah penganut Kristen, sedangkan Bupati Thaher adalah seorang Muslim. Namun, ia mengatakan pengalokasian dana bantuan untuk rumah ibadah baik itu gereja maupun masjid, tetap merata.
Thaher bahkan mendapat julukan "Bapak Toleransi Beragama" di Maluku Tenggara.
"Pembangunan gereja Santo Servasius ini tentunya menjadi kebanggaan umat Stasi Sathean. Berkat kerjasama semua komponen, dan juga material maupun keuangan serta dukungan pemerintah Provinsi Maluku dan Pemkab Malra, maka pembangunan gedung gereja ini dapat diselesaikan pada waktunya," katanya.
Gubernur Maluku Murad Ismail, mengatakan Pemprov Maluku akan membantu perampungan pembangunan gereja Santo Servasius yang belum ada menara lonceng. Menurut dia, pemerintah daerah memang harus menunjukkan kepedulian terhadap pembangunan rumah ibadah guna menjaga kerukunan umat beragama.
"Khusus untuk gereja yang kita resmikan saat ini, dimana masih belum adanya menara lonceng, maka ini akan kita selesaikan nanti dan itulah salah satu kepedulian Pemda (Maluku-Red)," janji Murad.
Sementara itu, Uskup Agung Keuskupan Merauke Mgr. Petrus Canisius Mandagi mengakui Pemerintah Provinsi Maluku maupun Pemkab Malra telah banyak menyelesaikan pembangunan rumah ibadah di daerah tersebut.
"Di masa pemerintahan Gubernur sekarang ini luar biasa, banyak rumah ibadah yang selesai dibangun, juga di masa Bupati ini juga luar biasa, banyak Gereja disini selesai dibangun," ungkap Mandagi.
Ia mengucap terima kasih kepada pemerintah daerah yang sudah membangun rumah rumah ibadah, bukan hanya Gereja Katolik tapi juga gedung ibadah yang lain. "Dan saya pernah mengatakan kepada bupati, jangan cuma memperhatikan Gereja Katolik saja. Harus adil, cinta dan kasih memperhatikan juga Masjid dan juga Gereja Protestan serta rumah ibadah lainnya," ujar Mandagi.
Selain itu, hadirnya Pemerintah baik Provinsi maupun Malra dan juga Kota Tual pada peresmian dan pemberkatan gereja ini menandakan pemerintah memperhatikan kelompok-kelompok agama termasuk kelompok agama Katolik di Maluku. Sehingga, ia mengatakan tidak ada diskriminasi pada kelompok-kelompok agama tertentu dan tidak ada juga perkelahian karena perbedaan agama, daerah ini dapat menjadi contoh bagi daerah lainnya di Indonesia.
"Apa artinya gedung gereja ini, gedung ini bisa hancur tapi yang tertinggal di dalam gedung gereja adalah cinta tuhan kepada masyarakat. Gedung gereja menjadi sebuah kritik, kritik untuk kita semua, bahwa dalam semua perjalanan hidup, kita utamakan Tuhan di atas segala-galanya," pungkas Mandagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022
"Di Malra saya bertugas bersama Wakil Bupati sejak Oktober 2018 hingga saat ini, Pemkab dengan dukungan DPRD telah mengalokasikan Rp58 miliar bagi pembangunan rumah ibadah serta kegiatan keagamaan di daerah ini," kata Thaher pada peresmian dan pemberkatan gedung gereja Santo Servasius Stasi Sathean Paroki Faan sekaligus peresmian rumah Pastor (Pastoran), Senin.
Hadir menyaksikan dalam peresmian tersebut Gubernur Maluku Murad Ismail, dan Uskup Agung Keuskupan Merauke sekaligus Administrator Apostolik Keuskupan Amboina Mgr. Petrus Canisius Mandagi.
"Hasilnya, seperti saat ini dapat kita lihat sendiri dengan diresmikannya juga gedung Pastoran untuk Stasi Sathean saat ini yang representatif," lanjut Thaher.
Mayoritas penduduk Malra adalah penganut Kristen, sedangkan Bupati Thaher adalah seorang Muslim. Namun, ia mengatakan pengalokasian dana bantuan untuk rumah ibadah baik itu gereja maupun masjid, tetap merata.
Thaher bahkan mendapat julukan "Bapak Toleransi Beragama" di Maluku Tenggara.
"Pembangunan gereja Santo Servasius ini tentunya menjadi kebanggaan umat Stasi Sathean. Berkat kerjasama semua komponen, dan juga material maupun keuangan serta dukungan pemerintah Provinsi Maluku dan Pemkab Malra, maka pembangunan gedung gereja ini dapat diselesaikan pada waktunya," katanya.
Gubernur Maluku Murad Ismail, mengatakan Pemprov Maluku akan membantu perampungan pembangunan gereja Santo Servasius yang belum ada menara lonceng. Menurut dia, pemerintah daerah memang harus menunjukkan kepedulian terhadap pembangunan rumah ibadah guna menjaga kerukunan umat beragama.
"Khusus untuk gereja yang kita resmikan saat ini, dimana masih belum adanya menara lonceng, maka ini akan kita selesaikan nanti dan itulah salah satu kepedulian Pemda (Maluku-Red)," janji Murad.
Sementara itu, Uskup Agung Keuskupan Merauke Mgr. Petrus Canisius Mandagi mengakui Pemerintah Provinsi Maluku maupun Pemkab Malra telah banyak menyelesaikan pembangunan rumah ibadah di daerah tersebut.
"Di masa pemerintahan Gubernur sekarang ini luar biasa, banyak rumah ibadah yang selesai dibangun, juga di masa Bupati ini juga luar biasa, banyak Gereja disini selesai dibangun," ungkap Mandagi.
Ia mengucap terima kasih kepada pemerintah daerah yang sudah membangun rumah rumah ibadah, bukan hanya Gereja Katolik tapi juga gedung ibadah yang lain. "Dan saya pernah mengatakan kepada bupati, jangan cuma memperhatikan Gereja Katolik saja. Harus adil, cinta dan kasih memperhatikan juga Masjid dan juga Gereja Protestan serta rumah ibadah lainnya," ujar Mandagi.
Selain itu, hadirnya Pemerintah baik Provinsi maupun Malra dan juga Kota Tual pada peresmian dan pemberkatan gereja ini menandakan pemerintah memperhatikan kelompok-kelompok agama termasuk kelompok agama Katolik di Maluku. Sehingga, ia mengatakan tidak ada diskriminasi pada kelompok-kelompok agama tertentu dan tidak ada juga perkelahian karena perbedaan agama, daerah ini dapat menjadi contoh bagi daerah lainnya di Indonesia.
"Apa artinya gedung gereja ini, gedung ini bisa hancur tapi yang tertinggal di dalam gedung gereja adalah cinta tuhan kepada masyarakat. Gedung gereja menjadi sebuah kritik, kritik untuk kita semua, bahwa dalam semua perjalanan hidup, kita utamakan Tuhan di atas segala-galanya," pungkas Mandagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022