Pengobatan massal Infeksi Menular Seksual (IMS) di Maluku akan dilaksanakan di sejumlah lokalisasi dan tempat hiburan malam di Ambon, Tual (Maluku Tenggara) dan Kepulauan Aru selama dua pekan, terhitung 15-31 Januari 2011. "Pengobatan IMS diberikan kepada mereka yang bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) baik bekerja di lokalisasi maupun di tempat-tempat hiburan malam atau karaoke. Mereka ini yang disebut kelompok kunci (pokci) karena berisiko tinggi tertular penyakit kelamin," kata Kepala Bidang Penanggulangan dan Pengendalian Bencana Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Maluku, dr. Ritha Tahitu, di Ambon, Jumat. Tahitu mengatakan, dalam kegiatan yang disebut Pengobatan Preventif Berkala (PBB) pihaknya akan memberikan pengobatan kepada 400 orang pokci di Ambon, yang terdiri dari Wanita Pekerja Seks (WPS) 230 orang dan pramuria 170 orang. Sedangkan di Tual sebanyak 150 orang dan Aru 200 orang pokci. "Petugas PPB akan mendatangi lokasi-lokasi pengobatan. Mereka berasal dari tiga lembaga, masing-masing Dinas Kesehatan, Komisi Penanggulangan Aids (KPA) dan LSM yang telah ditunjuk oleh Organisasi Kemasyarakatan Nahdatul Ulamah (NU) yakni Lembaga Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Maluku," katanya. Kegiatan yang melibatkan empat klinik IMS itu, kata Tahitu, dilakukan serentak sejak pagi hingga sore hari. Klinik-klinik tersebut berasal dari Puskesmas Rijali dan Desa Passo di Kota Ambon, Puskesmas Ohoijang di Kabupaten Maluku Tenggara dan Puskesmas Dobo di Aru. Tahitu menjelaskan, Obat IMS akan diberikan dalam bentuk paket, terdiri dari Cefixim 400 mg dan Azitomisin 1 g dan harus diminum di depan petugas. Namun kondisi pokci harus dalam keadaan kenyang agar tidak terganggu efek samping obat seperti mual dan pusing. Selain itu, para WPS dan pramuria itu diminta tidak mengkonsumsi alkohol minimal delapan jam sebelum menjalani pengobatan. "Kami juga akan membagi-bagikan kondom karena meskipun dilakukan pengobatan, tapi tanpa pencegahan hasilnya akan percuma. Kegiatan ini akan berlanjut pada April dan Juli 2011," katanya. Tahitu menambahkan, pengobatan IMS yang dilakukan serentak di Indonesia pada Januari, April dan Juli 2011 itu bertujuan mengurangi tingkat IMS di tanah air karena Indonesia menempati posisi tertinggi di Asia berdasarkan hasil survei.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2011