Peneliti sagu dari Universitas Pattimura Ambon, Wardis Girsang menyebutkan teknologi pengolahan sagu mengalami perubahan dari tradisional menuju modern, sehingga harus sejalan dengan budidaya.
"Perubahan pengolahan sagu harus sejalan dengan upaya penanaman kembali atau budidaya pohon sagu, karena kecepatan teknologi mesin tidak sebanding kecepatan tumbuh," katanya, Rabu.
Dikatakannya, aktifitas pengolahan sagu saat ini sudah semakin mudah, jika sebelumnya pengolahan sagu menggunakan cara tradisional tetapi sekarang beralih ke mesin.
Sejauh ini katanya, belum ada proses budidaya sagu secara formal seperti sawit, kakao dan lainnya.
"Kita punya bukan perkebunan sagu tetapi hutan sagu yang sesuai sifatnya memperbanyak diri dan tidak perlu ditanam, melainkan memperbanyak diri dan akan hilang jika diganti dengan bangunan," katanya.
Baca juga: VIDEO - Kuliner tradisional Maluku, bagaimana membuat Sagu Gula dengan kayu bakar dan oven batu
Diakuinya, budidaya sagu penting bukan hanya faktor lingkungan dan ketahanan pangan, tetapi juga ekonomi lokal agar tidak tergantung impor pangan luar untuk masa depan generasi.
Selain itu populasi tanaman sagu di Provinsi Maluku kian terancam seiring maraknya alih fungsi hutan sagu menjadi permukiman penduduk dan lahan pertanian yakni sayuran.
Wilayah sagu juga tidak diperhatikan padahal dari sisi lingkungan ramah lingkungan, dan dari sisi ketahanan pangan menjamin ketahanan pangan bagi generasi.
"Karena itu pengolahan sagu modern harus sejalan dengan penanaman kembali pohon sagu demi keberlanjutan dan mendukung ketahanan pangan," katanya.
Baca juga: Pengolahan sagu tradisional masih bertahan di Maluku, tak terpengaruh PPKM
Ia menambahkan, pengolahan sagu secara tradisional maupun modern dilihat dari sisi kekurangan dan kelebihan.
Dari sisi kecepatan katanya, menggunakan alat tradisional nani lambat, tetapi keseimbangan antara tanaman yang tumbuh dengan yang dipotong, yakni yang tumbuh lebih banyak dari pada yang dipotong.
Baca juga: Mantap, Satgas TNI bantu warga di perbatasan Papua mengolah sagu
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022
"Perubahan pengolahan sagu harus sejalan dengan upaya penanaman kembali atau budidaya pohon sagu, karena kecepatan teknologi mesin tidak sebanding kecepatan tumbuh," katanya, Rabu.
Dikatakannya, aktifitas pengolahan sagu saat ini sudah semakin mudah, jika sebelumnya pengolahan sagu menggunakan cara tradisional tetapi sekarang beralih ke mesin.
Sejauh ini katanya, belum ada proses budidaya sagu secara formal seperti sawit, kakao dan lainnya.
"Kita punya bukan perkebunan sagu tetapi hutan sagu yang sesuai sifatnya memperbanyak diri dan tidak perlu ditanam, melainkan memperbanyak diri dan akan hilang jika diganti dengan bangunan," katanya.
Baca juga: VIDEO - Kuliner tradisional Maluku, bagaimana membuat Sagu Gula dengan kayu bakar dan oven batu
Diakuinya, budidaya sagu penting bukan hanya faktor lingkungan dan ketahanan pangan, tetapi juga ekonomi lokal agar tidak tergantung impor pangan luar untuk masa depan generasi.
Selain itu populasi tanaman sagu di Provinsi Maluku kian terancam seiring maraknya alih fungsi hutan sagu menjadi permukiman penduduk dan lahan pertanian yakni sayuran.
Wilayah sagu juga tidak diperhatikan padahal dari sisi lingkungan ramah lingkungan, dan dari sisi ketahanan pangan menjamin ketahanan pangan bagi generasi.
"Karena itu pengolahan sagu modern harus sejalan dengan penanaman kembali pohon sagu demi keberlanjutan dan mendukung ketahanan pangan," katanya.
Baca juga: Pengolahan sagu tradisional masih bertahan di Maluku, tak terpengaruh PPKM
Ia menambahkan, pengolahan sagu secara tradisional maupun modern dilihat dari sisi kekurangan dan kelebihan.
Dari sisi kecepatan katanya, menggunakan alat tradisional nani lambat, tetapi keseimbangan antara tanaman yang tumbuh dengan yang dipotong, yakni yang tumbuh lebih banyak dari pada yang dipotong.
Baca juga: Mantap, Satgas TNI bantu warga di perbatasan Papua mengolah sagu
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022