Ambon (ANTARA) - Pelaku usaha sagu gula, Yoti Silooy di Desa Amahusu, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon terus melestarikan tradisi bakar sagu.
"Saya terus melestarikan tradisi bakar sagu baik sagu gula maupun sagu bakar yang telah dilakukan oleh orang tua secara turun temurun, "kata pelaku usaha Sagu gula, Yoti Silooy, di Ambon, Selasa.
Ia mengatakan, sagu gula camilan khas Ambon saat ini sulit ditemui di toko atau pusat kuliner, karena penjual sagu gula saat ini tidak terlalu banyak dan harus dipesan terlebih dahulu.
"Usaha sagu gula ditekuni oleh orang tua saya sejak usianya yang masih belia, kemudian kami anak dan mantu melanjutkan usaha bakar sagu secara tradisional," katanya.
Proses pembuatan sagu gula, menggunakan bahan tepung sagu setelah melewati dua kali proses pengayakan agar tidak ada penggumpalan pada tekstur sagu.
Kemudian, tepung sagu dicampur dengan parutan kelapa, sambil memanaskan cetakan sagu gula yang disebut porna, yang dibuat secara khusus dari tanah liat.
Setelah porna dipanaskan di atas tungku dengan api besar kurang lebih 10-15 menit, porna tersebut diangkat dan diletakkan di atas penahan berupa kayu.
Kemudian tepung sagu yang telah dicampurkan dengan kelapa parut langsung dimasukkan ke dalam cetakan, tak lupa gula merah Saparua diletakkan di bagian atas sebagai taburan.
Porna yang telah diisi tepung sagu dan kelapa parut, ditutup rapat menggunakan daun pisang dan didiamkan selama kurang lebih lima menit.
Selanjutnya satu per satu sagu gula dikeluarkan dari dalam cetakan dan siap untuk dicicipi dengan kopi atau teh.
Ia menambahkan, pelanggan sagu gula bukan hanya di Kota Ambon, tetapi pemesanan untuk dibawa sebagai oleh-oleh ketika kembali ke daerah asal.
Pesanan sagu gula, juga untuk berbagai kegiatan pemerintahan atau acara resmi lainnya di Kota Ambon dan luar daerah.
Setiap porna memiliki 14 cetakan yang menghasilkan 14 lempeng sagu gula, satu lempeng sagu gula dijual Rp2.000-Rp2. 500, menyesuaikan harga gula merah.
"Saya juga pernah diajak Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku mengikuti pameran di Jakarta,sebagai upaya melestarikan tradisi bakar sagu " katanya.