Ambon (Antara Maluku) - Jumlah korban meninggal akibat wabah demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual bertambah menjadi lima orang, setelah menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah Karel Sasuitubun Langgur.
"Dari 26 pasien penderita DBD yang masuk RSUD sejak Senin (20/2) kemarin sampai saat ini, ada lima orang yang meninggal dunia dan seluruhnya masih anak-anak," kata Direktur RSUD Karel Sasuitubun Langgur, dr. Danny Salim yang dihubungi dari Ambon, Sabtu malam.
Dokter Salim juga membantah tentang adanya rumor kalau korban meninggal akibat wabah DBD yang disebabkan gigitan nyamuk aides aegypti ini sudah mencapai 11 orang, satu diantaranya adalah orang dewasa.
Mayoritas pasien yang masuk sejak awal pekan ini masih berusia anak-anak ditambah satu pasien DBD berusia 17 tahun dan 29 tahun, tapi kondisi pasien dewasa ini sudah tertangani secara baik.
"Pasien yang sempat masuk rumah sakit dan akhirnya meninggal dunia sampai saat ini hanya lima orang, tapi kalau ada penderita DBD yang meninggal di tempat lain karena tidak sempat masuk RSUD, kami tidak mengetahuinya secara pasti," katanya.
Sejak ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) DBD di daerah tersebut, pemerintah daerah langsung melakukan rapat koordinasi dengan instansi terkait dan membentuk posko penanggulangan demam berdarah, kemudian mengambil sejumlah langkah strategis dan cepat untuk melakukan pencegahan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tenggara, dr. M.K Notanubun mengatakan, posko penanggulangan DBD telah menyalurkan bubuk abate ke seluruh puskesmas untuk diteruskan kepada masyarakat serta melakukan pengasapan (fogging) di daerah-daerah yang terdapat para penderita DBD.
"Kami juga melibatkan anak-anak pramuka di Kota Langgur untuk membagikan bubuk abate di setiap rumah penduduk, menyebarkan leaflet dan memberikan imbauan serta seruan kepada para tokoh agama untuk disosialisasikan kepada masyarakat," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012
"Dari 26 pasien penderita DBD yang masuk RSUD sejak Senin (20/2) kemarin sampai saat ini, ada lima orang yang meninggal dunia dan seluruhnya masih anak-anak," kata Direktur RSUD Karel Sasuitubun Langgur, dr. Danny Salim yang dihubungi dari Ambon, Sabtu malam.
Dokter Salim juga membantah tentang adanya rumor kalau korban meninggal akibat wabah DBD yang disebabkan gigitan nyamuk aides aegypti ini sudah mencapai 11 orang, satu diantaranya adalah orang dewasa.
Mayoritas pasien yang masuk sejak awal pekan ini masih berusia anak-anak ditambah satu pasien DBD berusia 17 tahun dan 29 tahun, tapi kondisi pasien dewasa ini sudah tertangani secara baik.
"Pasien yang sempat masuk rumah sakit dan akhirnya meninggal dunia sampai saat ini hanya lima orang, tapi kalau ada penderita DBD yang meninggal di tempat lain karena tidak sempat masuk RSUD, kami tidak mengetahuinya secara pasti," katanya.
Sejak ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) DBD di daerah tersebut, pemerintah daerah langsung melakukan rapat koordinasi dengan instansi terkait dan membentuk posko penanggulangan demam berdarah, kemudian mengambil sejumlah langkah strategis dan cepat untuk melakukan pencegahan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tenggara, dr. M.K Notanubun mengatakan, posko penanggulangan DBD telah menyalurkan bubuk abate ke seluruh puskesmas untuk diteruskan kepada masyarakat serta melakukan pengasapan (fogging) di daerah-daerah yang terdapat para penderita DBD.
"Kami juga melibatkan anak-anak pramuka di Kota Langgur untuk membagikan bubuk abate di setiap rumah penduduk, menyebarkan leaflet dan memberikan imbauan serta seruan kepada para tokoh agama untuk disosialisasikan kepada masyarakat," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012