Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon mengajak masyarakat di kota itu meningkatkan kesadaran untuk menjaga lingkungan demi terwujudnya Ambon yang bersih
"Pantai dan teluk Ambon ini terkenal indah dan permai, namun sayangnya masyarakat kita kurang memperhatikan kebersihan pantai yang indah itu," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan (DLHP) Kota Ambon Alfredo Hehamahua, di Ambon, Sabtu.
Hal itu dikatakannya saat membuka aksi muda jaga iklim di Kota Ambon.
Alfredo mengatakan hal tersebut dikarenakan masyarakat Kota Ambon sudah terbiasa dengan pemandangan pantai sehingga menghiraukan kebersihan pantai itu sendiri.
"Tak hanya itu, bahkan kita kerap membuang sampah di saluran sungai dan got," ucapnya.
Menurutnya, salah satu penyebab kerusakan iklim dan pemanasan global saat ini adalah dikarenakan aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan freon berlebihan, parfum spray, dan aktivitas yang merugikan lingkungan lainnya.
Ia melanjutkan dampak perubahan iklim tersebut bahkan dapat menyebabkan kenaikan harga pangan akibat menurunnya produksi pertanian lantaran gagal panen.
Apalagi seperti diprediksi Indonesia akan mencapai masa keemasan pada tahun 2045 tepat saat usia kemerdekaan mencapai 100 tahun. Pada tahun 2045 juga, sebanyak 70 persen dari jumlah penduduk Indonesia berada dalam usia produktif (15-64 tahun).
Alih-alih menjadi bonus demografi, hal ini justru berpotensi menjadi bencana demografi tanpa pemberdayaan sumber daya manusia serta alam yang baik.
Tahun 2050 disebut-sebut sebagai tahun darurat iklim. Kelompok usia produktif mendominasi, sementara krisis iklim pun merajalela.
"Untuk itu tepat pada peringatan 95 tahun sumpah pemuda ini, saya mengajak seluruh elemen masyarakat Kota Ambon, untuk sama-sama menjaga dan melestarikan lingkungan di kota ini agar tetap indah dan permai saat 2050," ucapnya.*
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2023
"Pantai dan teluk Ambon ini terkenal indah dan permai, namun sayangnya masyarakat kita kurang memperhatikan kebersihan pantai yang indah itu," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan (DLHP) Kota Ambon Alfredo Hehamahua, di Ambon, Sabtu.
Hal itu dikatakannya saat membuka aksi muda jaga iklim di Kota Ambon.
Alfredo mengatakan hal tersebut dikarenakan masyarakat Kota Ambon sudah terbiasa dengan pemandangan pantai sehingga menghiraukan kebersihan pantai itu sendiri.
"Tak hanya itu, bahkan kita kerap membuang sampah di saluran sungai dan got," ucapnya.
Menurutnya, salah satu penyebab kerusakan iklim dan pemanasan global saat ini adalah dikarenakan aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan freon berlebihan, parfum spray, dan aktivitas yang merugikan lingkungan lainnya.
Ia melanjutkan dampak perubahan iklim tersebut bahkan dapat menyebabkan kenaikan harga pangan akibat menurunnya produksi pertanian lantaran gagal panen.
Apalagi seperti diprediksi Indonesia akan mencapai masa keemasan pada tahun 2045 tepat saat usia kemerdekaan mencapai 100 tahun. Pada tahun 2045 juga, sebanyak 70 persen dari jumlah penduduk Indonesia berada dalam usia produktif (15-64 tahun).
Alih-alih menjadi bonus demografi, hal ini justru berpotensi menjadi bencana demografi tanpa pemberdayaan sumber daya manusia serta alam yang baik.
Tahun 2050 disebut-sebut sebagai tahun darurat iklim. Kelompok usia produktif mendominasi, sementara krisis iklim pun merajalela.
"Untuk itu tepat pada peringatan 95 tahun sumpah pemuda ini, saya mengajak seluruh elemen masyarakat Kota Ambon, untuk sama-sama menjaga dan melestarikan lingkungan di kota ini agar tetap indah dan permai saat 2050," ucapnya.*
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2023