Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Ambon, Maluku meminta Raja Soya periode 2024 - 2030 yang baru dilantik Herve Rene Jones Rehatta agar tetap melestarikan kearifan lokal yang ada di daerah itu.
“Satu hal yang dipesankan PJ Wali Kota Ambon termasuk kita DPRD, jangan selesai di pelantikan saja. Tetapi tugas tanggung jawab raja itu adalah mengeksplorasi lokalis dan kearifan lokal yang ada di tiap negeri,” kata Ketua Komisi I DPRD Kota Ambon Jafry Taihuttu, di Ambon, Sabtu.
Hal itu disampaikan usai menghadiri acara pelantikan Raja Negeri Soya Herve Rene Jones Rehatta oleh Penjabat Walikota Ambon Bodewin Wattimena yang berlangsung di Balai Saniri Negeri Soya, Ambon, Maluku.
Ia mengucapkan selamat kepada Raja Soya baru. Ia mengatakan, Negeri Soya adalah negeri tertua di Ambon, dan dengan dilantiknya Herve menjadi gerbang utama untuk melangkah maju melestarikan lokalitas Ambon.
“Di Ambon jangan tergerus dengan modernisasi. Kami ingin lihat selain adat, ada tradisi-tradisi yang sudah harus dihidupkan lagi,” ujarnya.
Ia berharap, dengan adanya pelantikan Raja Negeri Soya, ini menjadi pintu gerbang bagi negeri lain yang belum rampung. Menurutnya, bagi negeri-negeri yang belum menemukan titik terang untuk menetapkan raja definitif, agar menjadikan ini sebagai semangat mencari yang terbaik untuk negeri masing-masing.
“Kami optimistis beberapa hari lagi kami akan undang sejumlah negeri yang belum sempat jalan agar mulai koordinasi lagi agar semua ini bisa berjalan dengan baik,” ucapnya.
Salah satu kearifan lokal yang perlu dilestarikan adalah tradisi cuci negeri Soya sebagai tradisi leluhur yang ada sebelum warga setempat menganut agama kristen dibawa Portugis dan Belanda. Upacara adat ini berlangsung selama lima hari berturut-turut setelah musim angin barat pada minggu kedua bulan Desember setiap tahun.
Tradisi cuci negeri mengalami evolusi meski tetap mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal untuk mempertahankan tradisi seperti budaya menghormati leluhur, persatuan, gotong royong, kebersihan dan toleransi.
Cuci Negeri Soya sendiri telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda sejak 20 Oktober 2015 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia saat dijabat oleh Anies Baswedan.
Pengakuan terhadap tradisi tersebut semakin kuat setelah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI pada 9 Desember lalu memberikan penghargaan Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) Tahun 2022 kepada Negeri Soya karena melestarikan cuci negeri.
Sementara itu, Raja Soya Herve menyampaikan rasa syukur dan terima kasih setelah melalui proses yang cukup panjang, negeri ini telah mendapatkan raja definitif lewat proses pelantikan kepala pemerintahan termasuk pengukuhan secara persekutuan hukum adat.
"Secara pribadi dan keluarga saya patut bersyukur. Sebab semua proses sudah dilalui dengan segala baik. Terima kasih saya sampaikan kepada saniri (perangkat adat), masyarakat termasuk pemerintah. Dengan kerja keras, semua proses sudah berjalan dengan lancar," katanya.
Herve melanjutkan, dirinya tidak bisa berbicara banyak, karena baru dikukuhkan. Namun apa yang dipesan oleh pemerintah maupun Saniri Negeri akan ditindaklanjuti dalam program kerja ke depan.
"Prinsipnya, apa yang telah dilakukan oleh mantan Raja, orang tua saya sendiri, akan diteruskan demi keberlangsungan Negeri Soya tercinta. Saya mengajak semua pihak, mari kita hilangkan ego masing-masing. Kita satukan langkah dan komitmen untuk menata Negeri Soya ke arah yang lebih baik," ucap Herve.
Sebelumnya, sebanyak 22 negeri di Kota Ambon telah memiliki raja definitif dan sisanya lima negeri belum memiliki raja definitif yakni, Rumah Tiga, Passo, Silale, Hative Besar dan Amahusu.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2024