Ambon (Antara Maluku) - Sejumlah petani di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), Maluku mengeluhkan tanaman rumput laut yang dikembangkan selama ini rusak sehingga mereka mengalami kerugian puluhan juta rupiah.

"Rumput laut yang kami kembangkan sudah mendekati masa panen namun tiba-tiba menjadi rontok dan hancur," kata seorang warga MTB, R. Warmirun, di Ambon, Senin.

Kerusakan rumput laut ini selain terjadi pada para petani di Tenyafar Bawariat Lavesi, juga menyerang tanaman serupa di Angwarmas, Nuyanat, Nifamas dan Watyayan, Kecamatan Selaru.

Menurut Warmirun, dalam kurun waktu empat bulan terakhir sudah sekitar 40 long line rumput laut yang dikembangkannya jadi berguguran dan hancur, padahal usaha ini sudah dijalankan sejak empat tahun lalu bersama puluhan kepala keluarga lainnya.

Para petani juga mengaku bingung dengan kondisi seperti ini karena persoalannya sudah terjadi sejak berepa bulan lalu, sehingga mereka berharap ada perhatian serius pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten MTB untuk melihatnya.

Warmirun mengatakan, minimal ada petugas lapangan yang turun ke beberapa desa di Adaut untuk meneliti apa yang menjadi penyebab rusakanya tanaman rumput laut sekaligus bisa memberikan bantuan kepada para petani.

"Kami terpaksa menghentikan penanaman rumput laut sejak Desember 2014 dan mencoba usaha lain seperti membuat kopra atau menangkap ikan serta udang untuk dijual," katanya.

Namun harga kopra di pasaran hanya berada di kisaran Rp4.000 per kilo gram dan lebih rendah dibanding harga komoditi rumput laut yang bisa mencapai Rp8.000 per kilo gram.

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015