Kepala Dinas Sosial Kota Ambon, MA Namza, mengakui puluhan gelandangan dan pengemis (Gepeng) yang berkeliaran di Kota Ambon dan sekitarnya, berasal dari luar daerah. "Kebanyakan Gepeng berasal dari Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan, dan di Ambon mereka tinggal mengontrak dengan keluarga lainnya," katanya saat dikonfirmasi, di Ambon, Jumat. Dia mengakui, selama tahun 2010 sudah melakukan penertiban beberapa kali terhadap para Gepeng bekerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Ambon serta Polres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease. "Bahkan beberapa Gepeng yang kurang waras telah dibawa ke rumah sakit jiwaa untuk menjalani perawatan, tetapi kemudian lari dan tidak menjalani perawatan," katanya. Sebagian besar Gepeng di Ambon setiap hari beroperasi sebagai peminta-minta di depan pusat perbelanjaan terbesar di Kota Ambon, yakni Ambon Plaza (Amplaz). Data dinas sosial Kota Ambon, sembilan orang Gepeng menderita cacat, dan sisanya puluhan orang kurang waras. Namsa mengakui, Pemkot Ambon selama ini belum memiliki pusat penampungan dan rehabilitasi terhadap para Gepeng. Dia juga mengakui, jarang menemukan orang Ambon atau dari daerah lain di Maluku yang menjadi gelandangan dan pengemis, dikarenakan budaya "malu" yang masih melekat kuat di masyarakat. Ditanya tentang penanganan para Gepeng, Namsa mengatakan, telah mengundang paguyuban baik dari Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan untuk membicarakan masalah penanganan para Gepeng itu. "Paguyuban-paguyuban akan membantu menangani para Gepeng yang berasal dari daerah mereka dan dikembalikan ke daerah asalnya," ujar Namsa.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2010