Ternate, 29/11 (ANTARA News) - Akademikus dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate melarang penggunaan kantong plastik di pusat perbelanjaan modern dan pasar tradisional, untuk mengatasi membanjirnya sampah plastik di perairan Ternate.
"Kota Ternate berada di pinggir pantai, sehingga sampah plastik yang dibuang oleh masyarakat secara sembarangan mudah masuk ke laut melalui saluran drainase dan kali," kata pengamat Kelautan dan Perikanan dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) Mahmud Hasan di Ternate, Kamis.
Adanya larangan kantong plastik di pusat perbelanjaan modern dan pasar tradisional otomatis masyarakat tidak lagi mendapat katong plastik saat berbelanja, yang pada gilirannya akan mengurangi sampah plastik yang dibuang masyarakat dan masuk ke perairan Ternate.
Menurut dia, larangan penggunaan kantong plastik itu harus didukung dengan regulasi berupa peraturan dareah (perda) atau minimal berupa surat keputusan wali kota agar memiliki kekuatan hukum untuk dipatuhi.
Penggunaan kantong plastik berbayar, seperti dalam Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, beberapa waktu lalu tidak diterapkan di Ternate, karena tidak akan dipatuhi masyarakat, apalagi kalau kantong plastik hanya dibayar Rp500 yang bagi masyarakat harga seperti itu tidak ada nilainya.
Sampah plastik yang masuk ke perairan laut, menurut Mahmud Hasan, harus mendapat perhatian serius dari Pemkot Ternate dan masyarakat setempat karena dampaknya sangat membahayakan kelestarian lingkungan laut, misalnya terumbu karang akan mati kalau tertutup limbah pelastik.
Kantong plastik di laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan berubah menjadi mikro plastik dan jika dimakan ikan tidak saja membahayakan bagi ikan, tetapi juga bagi manusia yang memakan ikan itu, di antaranya bisa memicu terjadinya penyakit kanker.
"Berita mengenai adanya ikan paus yang mati di Pulau Kapota, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, yang di dalam perutnya ditemukan 5,9 Kg plastik harus menjadi peringatan bagi semua pihak mengenai bahaya limbah plastik yang ada di laut," katanya.
Pemkot Ternate bersama sejumlah pihak terkait, seperti TNI AL dan komunitas selam selama ini terus berupaya mengatasi keberadaan sampah plastik di perairan Ternate dengan cara melakukan pengangkatan sampah, teruama yang menutupi terumbu karang.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018
"Kota Ternate berada di pinggir pantai, sehingga sampah plastik yang dibuang oleh masyarakat secara sembarangan mudah masuk ke laut melalui saluran drainase dan kali," kata pengamat Kelautan dan Perikanan dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) Mahmud Hasan di Ternate, Kamis.
Adanya larangan kantong plastik di pusat perbelanjaan modern dan pasar tradisional otomatis masyarakat tidak lagi mendapat katong plastik saat berbelanja, yang pada gilirannya akan mengurangi sampah plastik yang dibuang masyarakat dan masuk ke perairan Ternate.
Menurut dia, larangan penggunaan kantong plastik itu harus didukung dengan regulasi berupa peraturan dareah (perda) atau minimal berupa surat keputusan wali kota agar memiliki kekuatan hukum untuk dipatuhi.
Penggunaan kantong plastik berbayar, seperti dalam Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, beberapa waktu lalu tidak diterapkan di Ternate, karena tidak akan dipatuhi masyarakat, apalagi kalau kantong plastik hanya dibayar Rp500 yang bagi masyarakat harga seperti itu tidak ada nilainya.
Sampah plastik yang masuk ke perairan laut, menurut Mahmud Hasan, harus mendapat perhatian serius dari Pemkot Ternate dan masyarakat setempat karena dampaknya sangat membahayakan kelestarian lingkungan laut, misalnya terumbu karang akan mati kalau tertutup limbah pelastik.
Kantong plastik di laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan berubah menjadi mikro plastik dan jika dimakan ikan tidak saja membahayakan bagi ikan, tetapi juga bagi manusia yang memakan ikan itu, di antaranya bisa memicu terjadinya penyakit kanker.
"Berita mengenai adanya ikan paus yang mati di Pulau Kapota, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, yang di dalam perutnya ditemukan 5,9 Kg plastik harus menjadi peringatan bagi semua pihak mengenai bahaya limbah plastik yang ada di laut," katanya.
Pemkot Ternate bersama sejumlah pihak terkait, seperti TNI AL dan komunitas selam selama ini terus berupaya mengatasi keberadaan sampah plastik di perairan Ternate dengan cara melakukan pengangkatan sampah, teruama yang menutupi terumbu karang.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018