Pelaksana harian (Plh) Gubernur Maluku, Hamin Bin Thahir mengimbau masyarakat di daerahnya agar jangan terprovokasi kasus penembakan terhadap jamaah pada dua masjid di Selandia Baru pada Jumat (15/3).
"Itu tindakan teroris yang biadad dan dikutuk keras karena tidak berperikemanusiaan sehingga kita menyerahkan kepada pihak berkepentingan di Selandia Baru maupun pemerintah Indonesia untuk proses penegakkan hukum," katanya, dihubungi dari Ambon, Sabtu.
Ia mengemukakan, sebagai sesama umat beragama yang ternyata ada warga Indonesia menjadi korban juga sangat menyayangkan perbuatan brutal tersebut karena penembakan dilakukan saat jamaah lagi shalat Jumat.
"Hanya saja tidak boleh terprovokasi dan menyulut emosional warga, terutama umat Islam di Maluku karenanya jalinan keharmonisan antarumat beragama sebagai warisan leluhur itu harus menjadi 'filter' agar tidak terjadi hal-hal tidak diinginkan terhadap stabilitas kamtibmas, termasuk menjelang pemilu pada 17 April 2019," jelasnya.
Karena itu, menurutnya masyarakat Maluku haruslah mencerminkan hidup orang basudara (saudara) yang dibingkai budaya pela dan gandong sebagai warisan leluhur dilestarikan hingga saat ini.
"Tunjukanlah bahwa Maluku merupakan laboratorium kerukunan antarumat beragama sehingga hiduplah mencerminkan kedamaian," tambahnya.
Sekda Maluku yang ditunjuk Mendagri, Tjahjo Kumolo menjadi plh Gubernur Maluku menindaklanjuti akhir masa jabatan Gubernur, Said Assagaff dan Wagub, Zeth Sahuburua pada 10 Maret 2019 itu menegaskan, semua umat beragama di Maluku pasti mengutuk keras tragedi kemanusiaan di Selandia Baru tersebut.
"Kita harus memerangi terorisme, radikalisme dan kekerasan sebab dapat dilakukan oleh siapapun tanpa mengenal agama dan keyakinan agar perbuatan biadab tersebut jangan terjadi di Maluku," lanjutnya.
Dia mengapresiasi langkah para pemimpin agama di Maluku yang tergabung dalam forum kerukunan umat beragama (FKUB) provinsi ini yang menyampaikan pernyataan sikap mengutuk dengan keras aksi penembakkan secara brutal di masjid Al Noor dan Linwood, Selandia Baru.
Pernyataan dukacita dan solidaritas ini dibacakan Ketua MU Maluku, Abdullah Latuapo di Ambon, Sabtu (16/3).
Pernyataan sikap ini ditandatangani tokoh-tokoh agama provinsi Maluku Ketua MPH Sinode GPM Pdt S. Werinussa, Ketua MUI Maluku, Abdullah Latuapo, Uskup Dioses Amboina, Mgr. P.C. Mandagie, Pengurus Harian PHDI Maluku, I Nyoman Sukadana dan Ketua Walubi Maluku Wilhelmus Jauwerissa.
Sebelumnya Komisioner Kepolisian Selandia Baru, Mike Bush dalam konferensi pers menyatakan, korban tewas dalam serangan teroris di dua masjid di Kota Christchurch sebanyak 49 orang. Adapun korban luka berjumlah lebih dari 20 orang, termasuk dua WNI yang salah satunya dalam kondisi kritis.
Bush menjelaskan bahwa 41 orang tewas dalam penembakan di masjid Al Noor, Deans Ave, kemudian tujuh orang lainnya tewas di sebuah masjid di pinggiran Linwood dan satu orang tewas saat dirawat di rumah sakit.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019
"Itu tindakan teroris yang biadad dan dikutuk keras karena tidak berperikemanusiaan sehingga kita menyerahkan kepada pihak berkepentingan di Selandia Baru maupun pemerintah Indonesia untuk proses penegakkan hukum," katanya, dihubungi dari Ambon, Sabtu.
Ia mengemukakan, sebagai sesama umat beragama yang ternyata ada warga Indonesia menjadi korban juga sangat menyayangkan perbuatan brutal tersebut karena penembakan dilakukan saat jamaah lagi shalat Jumat.
"Hanya saja tidak boleh terprovokasi dan menyulut emosional warga, terutama umat Islam di Maluku karenanya jalinan keharmonisan antarumat beragama sebagai warisan leluhur itu harus menjadi 'filter' agar tidak terjadi hal-hal tidak diinginkan terhadap stabilitas kamtibmas, termasuk menjelang pemilu pada 17 April 2019," jelasnya.
Karena itu, menurutnya masyarakat Maluku haruslah mencerminkan hidup orang basudara (saudara) yang dibingkai budaya pela dan gandong sebagai warisan leluhur dilestarikan hingga saat ini.
"Tunjukanlah bahwa Maluku merupakan laboratorium kerukunan antarumat beragama sehingga hiduplah mencerminkan kedamaian," tambahnya.
Sekda Maluku yang ditunjuk Mendagri, Tjahjo Kumolo menjadi plh Gubernur Maluku menindaklanjuti akhir masa jabatan Gubernur, Said Assagaff dan Wagub, Zeth Sahuburua pada 10 Maret 2019 itu menegaskan, semua umat beragama di Maluku pasti mengutuk keras tragedi kemanusiaan di Selandia Baru tersebut.
"Kita harus memerangi terorisme, radikalisme dan kekerasan sebab dapat dilakukan oleh siapapun tanpa mengenal agama dan keyakinan agar perbuatan biadab tersebut jangan terjadi di Maluku," lanjutnya.
Dia mengapresiasi langkah para pemimpin agama di Maluku yang tergabung dalam forum kerukunan umat beragama (FKUB) provinsi ini yang menyampaikan pernyataan sikap mengutuk dengan keras aksi penembakkan secara brutal di masjid Al Noor dan Linwood, Selandia Baru.
Pernyataan dukacita dan solidaritas ini dibacakan Ketua MU Maluku, Abdullah Latuapo di Ambon, Sabtu (16/3).
Pernyataan sikap ini ditandatangani tokoh-tokoh agama provinsi Maluku Ketua MPH Sinode GPM Pdt S. Werinussa, Ketua MUI Maluku, Abdullah Latuapo, Uskup Dioses Amboina, Mgr. P.C. Mandagie, Pengurus Harian PHDI Maluku, I Nyoman Sukadana dan Ketua Walubi Maluku Wilhelmus Jauwerissa.
Sebelumnya Komisioner Kepolisian Selandia Baru, Mike Bush dalam konferensi pers menyatakan, korban tewas dalam serangan teroris di dua masjid di Kota Christchurch sebanyak 49 orang. Adapun korban luka berjumlah lebih dari 20 orang, termasuk dua WNI yang salah satunya dalam kondisi kritis.
Bush menjelaskan bahwa 41 orang tewas dalam penembakan di masjid Al Noor, Deans Ave, kemudian tujuh orang lainnya tewas di sebuah masjid di pinggiran Linwood dan satu orang tewas saat dirawat di rumah sakit.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019