Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang dan Univesitas Pattimura (Unpatti) Ambon melaksanakan seminar hasil penelitan urgensi pelestarian benda atau simbol adat sebagai penguat ekisistensi negeri.

"Benda atau simbol budaya merupakan penguatan eksistensi dari negeri adat, karena itu keberadaannya perlu dilestarikan oleh setiap negeri untuk mengokohkan nilai dan pranata adat dalam keseharian, "kata Pelaksana Harian Sekretaris Kota Ambon Rulien Purmiassa, Jumat.

Menurut dia, Ambon merupakan kota yang unik karena termasuk salah satu dari sedikit kota di Indonesia yang memiliki desa atau negeri adat.

Keberadaan desa atau negeri adat, di satu sisi menjadi jati diri dan membutuhkan pengakuan disamping itu pada sisi kebijakan anggaran, cukup menguntungkan karena APDB diperkuat dengan dana desa yang jumlahnya signifikan.

"Dari dana desa yang jumlahnya cukup signifikan tersebut digunakan untuk menopang tugas pelayanan publik, pemerintahan dan pembangunan khususnya di desa/negeri adat," katanya.

Baca juga: FPIK Unpatti Ambon peroleh SNI ISO 21001:2018, patut diapresiasi

Pelaksanaan seminar, katanya, membantu kota Ambon dalam mengokohkan ekistensi untuk menjawab pertanyaan mengapa ada desa dan negeri di wilayah kota.

"Seminar ini berbicara soal pelestarian simbol adat, dimana sebenarnya itulah esensi kita dalam menjustifikasi kebudayan negeri di kota Ambon," ujarnya.

Ia menjelaskan, jika nilai budaya benar terinternalisasi di dalam hidup masyarakat maka proses penyelenggaraan pembangunan dapat berjalan tanpa hambatan.

"Sesunggunhnya, proses penyelenggaraan pembangunan tidak ada hambatan sturuktural organisastoris, karena nilai adat yang diwarisi. Kalau itu ditaati misalnya, tidak ada proses yang belarut-larut tentang siapa yang harus yang memimpin negeri,”kata dia.

Tetapi sayangnya saat ini, benda dan simbol adat sebagai warisan leluhur dan eksistensi negeri adat seringkali terdistori oleh kemajuan dan perkembangan zaman.

Pihaknya berharap lewat penelitian dan seminar yang dilaksanakan unika dan unpatti, setiap negeri dapat membuka, mengenali, dan mengokohkan pranata adat dalam keseharian, karena adat bukan hanya saat pemilihan raja saja tetapi mencakup keseluruhan aspek hidup masyarakat Negeri.

'Mungkin masyarakat yang ada di Leitimur Selatan dan Nusaniwe, struktur konstelasi negeri ada masih cenderung homogen, tapi di Negeri batu merah tingkat heterogenitas amat tinggi dan untuk mempertahankan eksistensi adat sudah sulit,sehingga lewat kegiatan ini kita lebih mengenal atau mengokohkan eksistensi sebagai negeri adat yang ada di kota Ambon,”tandasnya.

Baca juga: Pemkot Ambon perketat mobilitas warga saat libur Natal, begini penjelasannya
Baca juga: Museum Siwalima Maluku gelar belajar melukis tokoh dan mural, ramaikan museum dengan aktivitas

Pewarta: Penina Fiolana Mayaut

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021