Pemerintah Provinsi Maluku mulai mengembangkan komoditas kedelai di hamparan lahan seluas 4.750 hektare di tiga kabupaten di provinsi itu, guna mendukung peningkatan produksi komoditas unggulan itu secara nasional.
"Komoditas kedelai akan dikembangkan di Kabupaten Maluku Tengah, Seram Bagian Timur dan Maluku Tenggara. Penanaman akan dilakukan serentak dalam waktu dekat ini," kata Kepala Dinas Pertanian Maluku, Ilham Tauda, di Ambon, Kamis.
Menurut Ilham, luas areal pengembangan komoditas kedelai ada di Maluku Tengah, khususnya di Kecamatan Seram Utara seluas 3.250 hektare, sedangkan di Seram Bagian Timur seluas 1.000 hektare dan 500 hektare sisanya di Kabupaten Maluku Tenggara.
Baca juga: Kemenkeu: Malut peroleh Rp81,06 miliar untuk atasi ketahanan pangan, begini penjelasannya
Menurut Ilham pengembangan kedelai di Provinsi Maluku merupakan bagian dari rencana Kementerian Pertanian memfasilitasi pengembangan kedelai seluas 52 ribu hektare, dengan menggunakan pola offtaker sebagai avalis pembiayaan.
Maluku termasuk salah satu daerah prioritas pengembangan komoditas kedelai yang ditetapkan Kementerian Pertanian, sehingga pihaknya merasa berkewajiban mendorong petani untuk serius mengembangkannya.
"Prospek pengembangan kedelai di Maluku sangat bagus, hanya saja selama ini dikembangkan dalam skala terbatas dan hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga saja, dan hasil produksinya sangat kecil," katanya.
Karena menjadi daerah prioritas, maka pengembangan kedelai di lahan ribuan hektare itu mendapat bantuan dari Kementerian Pertanian baik bibit, pupuk maupun alat mesin pertanian (alsintan).
Dinas Pertanian Maluku saat ini terus memotivasi petani untuk serius mengembangkan tanaman kedelai, mengingat saat ini Maluku termasuk daerah prioritas karena mendapatkan bantuan khusus dari Kementerian Pertanian.
"Bantuan pengembangan komoditas kedelai ini atas permintaan Gubernur Maluku Murad Ismail saat beberapa kali bertemu dengan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, yang meresponnya dengan memberikan paket lengkap untuk Maluku baik bibit, pupuk hingga alsintan," katanya.
Baca juga: Bulog Divre Maluku datangkan beras 4.000 ton dari Jatim dan Sulsel
Menyangkut produktivitas kedelai, menurut Ilham diperkirakan mencapai 1,7 ton per hektare, dan jika seluruh lahan yang dikembangkan berhasil maka total produksi diperkirakan mencapai 6.500 hingga 8.000 ton dalam sekali panen.
Dengan tingkat produksi sebanyak itu, menurut Ilham, maka sudah dapat memenuhi kebutuhan kedelai di provinsi Maluku, di samping dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan di daerah lain
"Menyangkut pemasaran akan ditangani oleh offtaker yang ditunjuk untuk menangani pengembangan kedelai di Maluku, sehingga petani tidak perlu takut bahwa hasil panen tidak terserap oleh pasar," katanya.
Walaupun menggunakan skema offtaker, namun menurut Ilham, perusahaan asuransi maupun perbankan masih berhati-hati untuk menangani pembiayaannya, mengingat kedelai merupakan komoditas yang baru dikembangkan dalam skala besar di Maluku, sehingga masih dianggap berpotensi gagal.
"Karena baru dikembangkan dalam skala besar jadi bank maupun asuransi masih sangat berhati-hati dalam pembiayaan. Tetapi petugas di lapangan akan memotivasi dan membantu para petani sehingga pengembangannya berhasil,"
Selain itu, Dinas Pertanian bekerja sama Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk mengatur rantai pasok atau alur masuk keluar komoditas yang disesuaikan dengan waktu panen, sehingga produksi kedelai petani di Maluku dapat terserap, termasuk menggandeng distributor untuk membantu pemasaran ke luar daerah," katanya.
Baca juga: Pemprov Maluku genjot penyaluran KUR sektor pertanian, dukung ketahanan pangan
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022
"Komoditas kedelai akan dikembangkan di Kabupaten Maluku Tengah, Seram Bagian Timur dan Maluku Tenggara. Penanaman akan dilakukan serentak dalam waktu dekat ini," kata Kepala Dinas Pertanian Maluku, Ilham Tauda, di Ambon, Kamis.
Menurut Ilham, luas areal pengembangan komoditas kedelai ada di Maluku Tengah, khususnya di Kecamatan Seram Utara seluas 3.250 hektare, sedangkan di Seram Bagian Timur seluas 1.000 hektare dan 500 hektare sisanya di Kabupaten Maluku Tenggara.
Baca juga: Kemenkeu: Malut peroleh Rp81,06 miliar untuk atasi ketahanan pangan, begini penjelasannya
Menurut Ilham pengembangan kedelai di Provinsi Maluku merupakan bagian dari rencana Kementerian Pertanian memfasilitasi pengembangan kedelai seluas 52 ribu hektare, dengan menggunakan pola offtaker sebagai avalis pembiayaan.
Maluku termasuk salah satu daerah prioritas pengembangan komoditas kedelai yang ditetapkan Kementerian Pertanian, sehingga pihaknya merasa berkewajiban mendorong petani untuk serius mengembangkannya.
"Prospek pengembangan kedelai di Maluku sangat bagus, hanya saja selama ini dikembangkan dalam skala terbatas dan hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga saja, dan hasil produksinya sangat kecil," katanya.
Karena menjadi daerah prioritas, maka pengembangan kedelai di lahan ribuan hektare itu mendapat bantuan dari Kementerian Pertanian baik bibit, pupuk maupun alat mesin pertanian (alsintan).
Dinas Pertanian Maluku saat ini terus memotivasi petani untuk serius mengembangkan tanaman kedelai, mengingat saat ini Maluku termasuk daerah prioritas karena mendapatkan bantuan khusus dari Kementerian Pertanian.
"Bantuan pengembangan komoditas kedelai ini atas permintaan Gubernur Maluku Murad Ismail saat beberapa kali bertemu dengan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, yang meresponnya dengan memberikan paket lengkap untuk Maluku baik bibit, pupuk hingga alsintan," katanya.
Baca juga: Bulog Divre Maluku datangkan beras 4.000 ton dari Jatim dan Sulsel
Menyangkut produktivitas kedelai, menurut Ilham diperkirakan mencapai 1,7 ton per hektare, dan jika seluruh lahan yang dikembangkan berhasil maka total produksi diperkirakan mencapai 6.500 hingga 8.000 ton dalam sekali panen.
Dengan tingkat produksi sebanyak itu, menurut Ilham, maka sudah dapat memenuhi kebutuhan kedelai di provinsi Maluku, di samping dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan di daerah lain
"Menyangkut pemasaran akan ditangani oleh offtaker yang ditunjuk untuk menangani pengembangan kedelai di Maluku, sehingga petani tidak perlu takut bahwa hasil panen tidak terserap oleh pasar," katanya.
Walaupun menggunakan skema offtaker, namun menurut Ilham, perusahaan asuransi maupun perbankan masih berhati-hati untuk menangani pembiayaannya, mengingat kedelai merupakan komoditas yang baru dikembangkan dalam skala besar di Maluku, sehingga masih dianggap berpotensi gagal.
"Karena baru dikembangkan dalam skala besar jadi bank maupun asuransi masih sangat berhati-hati dalam pembiayaan. Tetapi petugas di lapangan akan memotivasi dan membantu para petani sehingga pengembangannya berhasil,"
Selain itu, Dinas Pertanian bekerja sama Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk mengatur rantai pasok atau alur masuk keluar komoditas yang disesuaikan dengan waktu panen, sehingga produksi kedelai petani di Maluku dapat terserap, termasuk menggandeng distributor untuk membantu pemasaran ke luar daerah," katanya.
Baca juga: Pemprov Maluku genjot penyaluran KUR sektor pertanian, dukung ketahanan pangan
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022