Kapal Ekspedisi Plastic Odyssey menyinggahi Kota Ambon sebagai kota pertama di Asia Tenggara dan Indonesia dalam rangka kampanye solusi persoalan sampah plastik di Kota Ambon.

Kunjungan kapal plastik Odyssey menjadi jawaban penanganan sampah di Kota Ambon yang masih menjadi persoalan yang belum terpecahkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon hingga saat ini, kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan (DLHP), Kota Ambon, Alfredo Hehamahua.

"Sampai hari ini persoalan masih menjadi bagian pergumulan bersama di kota ini, sebab kota ini menghasilkan 220 ton per hari dan yang baru terangkut ke TPA 180-185 ton per hari, " katanya, di Ambon, Jumat.

Ia mengatakan, ada tujuh penyebab masalah sampah, pertama jumlah sampah yang terus meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk, karena aktivitas kota sebagai ibukota, sehingga hampir setiap hari penduduk bermutasi ke kota Ambon untuk aktivitas pekerjaan dan perdagangan tetapi juga pola konsumtif masyarakat.

Kedua, terbatas sarana dan prasarana yang dimiliki, Ketiga, masyarakat belum sepenuhnya berpartisipasi dalam pengelolaan sampah secara baik karena belum mengetahui cara.

Selanjutnya, Pemkot juga diperhadapkan dengan regulasi dengan memberikan sanksi tegas kepada mereka yang melanggar, sebab pemkot masih kurang dalam sarana dan prasarana yang dimiliki.

Kelima, Kota Ambon juga dihadapkan dengan persoalan sampah perbatasan dimana masyarakat dari kabupaten Maluku tengah tidak dilayani oleh angkutan sampah, sehingga kerap membuang sampah di area yang berbatasan dengan Kota Ambon.

"Keenam juga menghadapi persoalan sampah di laut, karena ada 104 saluran terbuka, sungai kecil, yang bermuara di Teluk Ambon.

Serta yang terakhir; topografi Kota Ambon yang membuat armada sampah tidak dapat melayani masyarakat di beberapa tempat sehingga turut berdampak pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Retribusi Sampah.

"Kehadiran kapal plastic Odyssey dapat membantu pemerintah karena tidak dapat bekerja sendiri dan membutuhkan dukungan dalam mencari solusi terhadap persoalan sampah saat ini, " katanya.

Co-Founder & Head OF Communication Plastic Odyssey, Alexandre Deschelotte menyatakan, Ambon menjadi kota pertama dari rencana dari lima kota yang disinggahi, selama dua bulan di Indonesia.

"Ini menjadi langkah awal dan sangat penting bagi kami, dalam melanjutkan perjalanan berikutnya," katanya.

Deschelotte menyatakan, sampah plastik menjadi menjadi persoalan global dan mendesak untuk diatasi, sebab sampah plastik dapat sampai ke laut, tidak terurai, sehingga dimakan oleh ikan yang menjadi bahan konsumsi masyarakat.

Diketahui ekspedisi Plastic Odyssey telah dimulai sejak 2022, dengan membawa peralatan pengolahan sampah plastik yang diubah menjadi barang bernilai ekonomis, seperti furnitur, meja, kursi, paving blok, bahan bangunan, serta diubah menjadi bahan bakar.

 

Pewarta: Penina Fiolana Mayaut

Editor : Daniel


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2024