Pengembangan wisata bahari di Provinsi Maluku Utara (Malut) yang selama ini hanya mengutamakan potensi wisata pantai dan wisata keindahan bawah laut, kini mulai memanfaatkan potensi wisata mancing.
Provinsi Malut yang terdiri dari kepulauan dan perairan lautnya banyak memiliki hamparan terumbu karang yang kaya ikan dinilai sangat prospektif untuk pengembangan wisata mancing.
Salah satu instansi di Malut yang mulai memanfaatkan potensi wisata mancing itu adalah Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), dengan menggelar Fishing Morotai di Kabupaten Pulau Morotai pada akhir September 2016 dengan kegiatan utama lomba memancing.
DKP Malut memilih Pulau Morotai sebagai tempat penyelenggaraan lomba memancing karena ingin mempromosikan potensi perikanan di kabupaten perbatasan itu, baik untuk wisata mancing maupun investasi perikanan.
Selain itu, untuk mendukung kebijakan pemerintah yang telah menetapkan Morotai sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Perikanan serta sebagai salah satu 10 daerah pariwisata utama di Indonesia.
Penyelenggaraan lomba mancing di kabupaten perbatasan tersebut, menurut Buyung Radjiloen, menjadi bukti bahwa wisata mancing sangat prospektif bagi menarik wisatawan, karena dalam kegiatan itu banyak diminati peserta, baik dari wilayah Malut maupun dari daerah lainnya di Indonesia, termasuk wisatawan mancanegara.
Oleh karena itu, DKP Malut dan Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Pulau Morotai telah sepakat untuk menetapkan kegiatan tersebut sebagai agenda tahunan dan menjadi andalan untuk menarik kunjungan wisatawan.
Bahkan DKP Malut telah pula memprogramkan kegiatan serupa di Pulau Widi, Kabupaten Halmahera Selatan pada awal 2017 dengan nama turnamen mancing internasional.
Penyelenggaraan kegiatan itu di Pulau Widi diyakini akan banyak diminati wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri khususnya yang menyukai wisata bahari, karena di Pulau Widi selain akan menikmati wisata mancing, juga wisata keindahan pantai dan keindahan panorama bawah laut.
Menurut Buyung Radjiloen, DKP Malut akan mengupayakan penyelenggaraan wisata mancing di kabupaten/kota lainnya di Malut, karena semuanya memiliki potensi untuk lokasi wisata mancing.
Di Kabupaten Halmahera Tengah misalnya, banyak gugusan pulau kecil di daerah itu yang sangat mengasikan untuk tempat mancing, begitu pula teluk Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, ada pula lokasi terumbu karang yang sangat bagus untuk kegiatan itu.
Berdayakan Nelayan
Penyelenggaraan wisata mancing dinilai memiliki multifungsi, karena selain akan menarik minat wisatawan, juga akan memberdayakan nelayan setempat serta menumbuhkan aktivitas ekonomi di wilayah pesisir.
Dari penyelenggraan wisata mancing itu, nelayan bisa menyewakan sampan atau perahunya kepada wisatawan, selain itu nelayan juga bisa memanfaatkan rumahnya menjadi tempat penginapan atau home stay bagi wisatawan atau peserta wisata mancing.
Oleh karena itu, menurut pengamat perikanan dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Mahmud Hasan, sangatlah tepat kalau DKP Malut proaktif mengembangkan wisata mancing walaupun tidak menjadi tupoksi utamanya.
Manfaat lainnya yang dapat diperoleh pengembangan wisata mancing adalah dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran bagi nelayan dan masyarakat pesisir dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan laut.
Terkait pelestarian laut, setidaknya ada dua hal yang bisa dimanfaatkan dari penyelenggaraan wisata mancing yakni mendorong nelayan untuk menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan dan membangkitkan partisipasi nelayan untuk menjaga kelestarian terumbu karang.
Kepala Disbudpar Malut Anwar Husen mengaku wisata mancing sebenarnya sudah sering digelar di Malut namun hanya menjadi salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan festival pariwisata di daerah ini, di antaranya festival teluk jailolo di Halmahera Barat setiap bulan Mei.
Hal itu mengakibatkan kegiatan wisata mancing gaungnya kurang terdengar, terutama kepada wisatawan yang khusus memiliki hobi memancing, karena memang biasanya wisatawan berkunjung ke suatu daerah untuk menghadiri suatu kegiatan wisata selalu melihat apakah sesuai dengan hobinya atau tidak.
Oleh karena itu, Disbudpar Malut kedepan akan mulai pula program khusus wisata mancing, seperti yang dilakukan DKP Malut dan promosinya pun lebih ditekankan kepada wisata mancing, tidak dirangkaikan dengna wisata lainnya.
Pengembangan wisata mancing di Malut menurut Anwar Husen, nantinya juga akan mengankat kearifan lokal masyarakat dalam memancing ikan, misalnya kearifan lokal nelayan Halmahera Selatan dalam menangkap ikan tuna dengan menggunaka alat mancing layang-layang.
Adanya kearifan lokal seperti itu diharapkan wisatawan akan semakin tertarik untuk datang ke Malut, karena mereka tidak hanya akan ingin menikmati potensi wisata di daerah ini, tetapi juga ingin melihat kearifan lokal masyarakat dalam memancing ikan.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016
Provinsi Malut yang terdiri dari kepulauan dan perairan lautnya banyak memiliki hamparan terumbu karang yang kaya ikan dinilai sangat prospektif untuk pengembangan wisata mancing.
Salah satu instansi di Malut yang mulai memanfaatkan potensi wisata mancing itu adalah Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), dengan menggelar Fishing Morotai di Kabupaten Pulau Morotai pada akhir September 2016 dengan kegiatan utama lomba memancing.
DKP Malut memilih Pulau Morotai sebagai tempat penyelenggaraan lomba memancing karena ingin mempromosikan potensi perikanan di kabupaten perbatasan itu, baik untuk wisata mancing maupun investasi perikanan.
Selain itu, untuk mendukung kebijakan pemerintah yang telah menetapkan Morotai sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Perikanan serta sebagai salah satu 10 daerah pariwisata utama di Indonesia.
Penyelenggaraan lomba mancing di kabupaten perbatasan tersebut, menurut Buyung Radjiloen, menjadi bukti bahwa wisata mancing sangat prospektif bagi menarik wisatawan, karena dalam kegiatan itu banyak diminati peserta, baik dari wilayah Malut maupun dari daerah lainnya di Indonesia, termasuk wisatawan mancanegara.
Oleh karena itu, DKP Malut dan Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Pulau Morotai telah sepakat untuk menetapkan kegiatan tersebut sebagai agenda tahunan dan menjadi andalan untuk menarik kunjungan wisatawan.
Bahkan DKP Malut telah pula memprogramkan kegiatan serupa di Pulau Widi, Kabupaten Halmahera Selatan pada awal 2017 dengan nama turnamen mancing internasional.
Penyelenggaraan kegiatan itu di Pulau Widi diyakini akan banyak diminati wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri khususnya yang menyukai wisata bahari, karena di Pulau Widi selain akan menikmati wisata mancing, juga wisata keindahan pantai dan keindahan panorama bawah laut.
Menurut Buyung Radjiloen, DKP Malut akan mengupayakan penyelenggaraan wisata mancing di kabupaten/kota lainnya di Malut, karena semuanya memiliki potensi untuk lokasi wisata mancing.
Di Kabupaten Halmahera Tengah misalnya, banyak gugusan pulau kecil di daerah itu yang sangat mengasikan untuk tempat mancing, begitu pula teluk Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, ada pula lokasi terumbu karang yang sangat bagus untuk kegiatan itu.
Berdayakan Nelayan
Penyelenggaraan wisata mancing dinilai memiliki multifungsi, karena selain akan menarik minat wisatawan, juga akan memberdayakan nelayan setempat serta menumbuhkan aktivitas ekonomi di wilayah pesisir.
Dari penyelenggraan wisata mancing itu, nelayan bisa menyewakan sampan atau perahunya kepada wisatawan, selain itu nelayan juga bisa memanfaatkan rumahnya menjadi tempat penginapan atau home stay bagi wisatawan atau peserta wisata mancing.
Oleh karena itu, menurut pengamat perikanan dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Mahmud Hasan, sangatlah tepat kalau DKP Malut proaktif mengembangkan wisata mancing walaupun tidak menjadi tupoksi utamanya.
Manfaat lainnya yang dapat diperoleh pengembangan wisata mancing adalah dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran bagi nelayan dan masyarakat pesisir dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan laut.
Terkait pelestarian laut, setidaknya ada dua hal yang bisa dimanfaatkan dari penyelenggaraan wisata mancing yakni mendorong nelayan untuk menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan dan membangkitkan partisipasi nelayan untuk menjaga kelestarian terumbu karang.
Kepala Disbudpar Malut Anwar Husen mengaku wisata mancing sebenarnya sudah sering digelar di Malut namun hanya menjadi salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan festival pariwisata di daerah ini, di antaranya festival teluk jailolo di Halmahera Barat setiap bulan Mei.
Hal itu mengakibatkan kegiatan wisata mancing gaungnya kurang terdengar, terutama kepada wisatawan yang khusus memiliki hobi memancing, karena memang biasanya wisatawan berkunjung ke suatu daerah untuk menghadiri suatu kegiatan wisata selalu melihat apakah sesuai dengan hobinya atau tidak.
Oleh karena itu, Disbudpar Malut kedepan akan mulai pula program khusus wisata mancing, seperti yang dilakukan DKP Malut dan promosinya pun lebih ditekankan kepada wisata mancing, tidak dirangkaikan dengna wisata lainnya.
Pengembangan wisata mancing di Malut menurut Anwar Husen, nantinya juga akan mengankat kearifan lokal masyarakat dalam memancing ikan, misalnya kearifan lokal nelayan Halmahera Selatan dalam menangkap ikan tuna dengan menggunaka alat mancing layang-layang.
Adanya kearifan lokal seperti itu diharapkan wisatawan akan semakin tertarik untuk datang ke Malut, karena mereka tidak hanya akan ingin menikmati potensi wisata di daerah ini, tetapi juga ingin melihat kearifan lokal masyarakat dalam memancing ikan.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016