Ternate, 28/12 (Antara) - Perairan Pulau Widi di Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara (Malut), pada akhir Oktober 2017 menjadi lokasi lomba mancing internasional atau Widi International Fishing Tournament (WIFT).
Sebanyak 375 pemancing profesional, 87 di antaranya dari mancanegara, seperti dari Amerika Serikat, Australia, Prancis, Jepang dan Selandia Baru, ambil bagian dalam lomba mancing internasional yang pertama kali digelar di Indonesia di perairan itu.
Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) memberikan empat rekor dalam pelaksanaaan lomba mancing internasional di perairan Pulau Widi, di antaranya dari segi jumlah peserta pemancing profesional mancanegara terbanyak.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Malut memperjuangkan perairan Pulau Widi menjadi spot mancing dunia, yang di Indonesia saat ini belum ada satu pun perairan yang telah menyandang status sebagai spot mancing dunia.
Perjuangan Pemprov Malut itu, selain untuk mendukung program pengembangan objek wisata Pulau Widi sebagai destinasi wisata mancing dunia, juga untuk mendukung program pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang ingin menjadikan Indonesia poros maritim dunia.
Berbagai upaya dilakukan Pemprov Malut yang dijadikan perairan Pulau Widi sebagai spot mancing dunia, di antaranya melobi sejumlah asosiasi mancing dunia, karena yang memiliki kewenangan untuk menetapkan suatu perairan menjadi spot mancing dunia adalah asosiasi mancing dunia.
Para pemancing profesional, baik dari dalam maupun luar negeri yang ikut lomba mancing internasional di perairan Widi pada akhir Oktober 2017, sangat mendukung jika perairan Pulau Widi dijadikan spot mancing dunia karena dinilai sangat memenuhi syarat, terutama dari segi keragaman jenis ikan.
Di perairan Pulau Widi banyak terdapat jenis ikan yang dicari para pemancing profesional dalam setiap kegiatan lomba mancing, seperti ikan tuna sirip kuning yang beratnya bisa mencapai 100 kilogram dan ikan monster yang dalam lomba mancing ikan memiliki nilai 26 atau nilai tertinggi.
Perairain Pulau Widi juga jauh dari aktivitas perusahaan yang dapat menimbulkan pencemaran dan relatif sepi dari aktivitas transportasi laut, yang dapat mengganggu ketenangan dan kenyamanan para pemancing.
Keunggulan lain yang dimiliki perairan Pulau Widi adalah masuk dalam kawasan objek wisata bahari, yang menyajikan keindahan gugusan pulau-pulau kecil dengan kekhasan pantai pasir putihnya serta beragam flora dan fauna yang jarang ditemukan di lokasi lain.
Panorama bawah laut di perairan Pulau Widi juga tidak kalah menariknya, baik dari segi keindahan terumbu karang maupun jenis ikan, bahkan para wisatawan yang pernah menyelam di lokasi itu melukiskannya sebagai sepotong surga yang jatuh dari langit.
Dukungan pemerintah pusat
Pemprov Malut sangat mengharapkan dukungan pemerintah pusat untuk menjadikan perairan Pulau Widi sebagai spot mancing dunia, khususnya dalam pengalokasian anggaran melalui APBN untuk pembangunan berbagai infrastruktur penunjang.
Infrastruktur penunjang itu di antaranya akses menuju ke Pulau Widi, baik melalui jalur darat maupun jalur laut, bahkan jika memungkinkan juga melalui transportasi udara untuk memudahkan peserta mancing atau wisatawan yang ingin ke tempat itu.
Selain itu, infrastruktur akomodasi dan telekomunikasi, karena saat ini di kawasan Pulau Widi belum ada akomodasi yang reprensentatif, begitu pula layanan telekomunikasi masih sulit, terutama untuk layanan internet.
Dukungan lainnya yang diharapkan dari pemerintah pusat adalah menjadikan lomba mancing internasional atau WIFT di perairan Pulau Widi yang digelar akhir Oktober 2017 menjadi kegiatan tahunan, yang penganggarannya dari pemerintah pusat.
Pemerintah pusat juga harus pula proaktif melakukan lobi dengan asosiasi mancing dunia dan berbagai pihak terkait lainnya untuk menjadikan perairan Pulau Widi sebagai spot mancing dunia, karena kalau hanya mengandalkan lobi dari Pemprov Malut tidak akan terlalu efektif.
Kalau perairan Pulau Widi sudah ditetapkan menjadi spot mancing dunia, selain akan meningkatkan kunjungan wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri ke Malut, juga akan mendorong tumbuhnya berbagai aktivitas usaha masyarakat serta meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat.
Salah satu sumber pendapatan yang bisa dinikmati masyarakat adalah penyewaan kapal ikan untuk kegiatan mancing, seperti pada penyelenggaraan lomba mancing internasional di perairan Pulau Widi akhir Oktober 2017, ada 51 kapal ikan nelayan yang disewa para peserta lomba mancing.
Namun pengembangan perairan Pulau Widi menjadi spot mancing dunia diharapkan tidak mengorbankan kepentingan masyarakat yang selama ini menangkap ikan atau aktivitas usaha lainnya di perairan itu.
Penggusuran kampung nelayan dan pelarangan kepada nelayan untuk menangkap ikan di lokasi tertentu, seperti yang selama ini sering terjadi ketika suatu lokasi dikembangkan menjadi kawasan wisata, terutama yang melibatkan investor, diharapkan tidak terjadi ketika perairan Pulau Widi sudah ditetapkan spot mancing dunia.
Kearifan lokal yang selama ini dipelihara masyarakat di Pulau Widi dan wilayah sekitarnya, seperti keberadaan kuburan leluhur atau lokasi tertentu yang dianggap keramat, harus dihargai agar tidak menimbulkan konflik dengan masyarakat.
Pelibatan masyarakat setempat dalam semua kegiatan yang terkait dengan pengembangan perairan Pulau Widi sebagai spot mancing dunia harus dikedepankan, misalnya dalam penyediaan berbagai kebutuhan untuk mancing diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat di wilayah itu.
Memperjuangkan Widi jadi spot mancing dunia
Jumat, 29 Desember 2017 6:48 WIB