Ambon (ANTARA) - Bupati Kepulauan Tanimbar (KKT) Daniel Indey mengemukakan akan menyosialisasikan mitigasi gempa pada sekolah-sekolah di kabupaten itu.
"Terkait rencana sosialisasi mitigasi bencana tentu akan kita upayakan, seperti yang sudah diinstruksikan Komisi V DPR-RI bersama BMKG, juga mitra kerja lainnya," ujar Daniel saat dihubungi di Ambon, Minggu.
Hal itu dilakukan menyusul gempa berskala 7,5 magnitudo pada 10 Januari 2023 yang terjadi di Tanimbar serta gempa 6,6 magnitudo di wilayah Maluku Barat Daya dan terasa hingga Tanimbar pada 17 Februari 2022.
Berdasarkan data gempa yang terjadi di Tanimbar sendiri mengakibatkan rumah warga dan fasilitas umum yang rusak, yakni 523 rumah yang terdiri atas rusak ringan 147 rumah, rusak sedang 300 rumah, dan rusak berat 49 rumah.
Baca juga: BNPB: Sadar risiko bencana jadi tonggak utama mitigasi, efektifkan sosialisasi
Sedangkan untuk fasilitas ibadah, yakni gereja yang rusak ringan 10 bangunan dan rusak sedang lima unit, sedangkan fasilitas pendidikan rusak ringan 36 unit, rusak sedang dua unit, dan rusak berat empat unit.
Menurutnya upaya mitigasi bencana dirasa perlu dilakukan kepada masyarakat dimulai dari sekolah-sekolah.
Hal itu bertujuan guna mengedukasi agar masyarakat tahu apa yang harus dilakukan saat gempa terjadi.
"Contohnya di Jepang saat gempa orang-orang tidak panik berlebih, anak-anak sekolah langsung sembunyi di bawah meja. Edukasi itu jadi fokus kita selain perbaikan infrastruktur dan sarana lainnya," kata Indey menjelaskan.
Baca juga: BNPB - BPBD Maluku sosialiasi mitigasi dan penanganan dampak gempa di Ambon
Sebelumnya ahli Geologi Universitas Pattimura (Unpatti), Ambon, Maluku Dr Robert Hutagalung telah menekankan pentingnya pengajaran pengetahuan mitigasi bencana gempa kepada siswa di sekolah-sekolah di wilayah Provinsi Maluku.
Pasalnya menurut Robert, Maluku sendiri terletak tepat pada garis gempa yang membentang dari ujung Sumatera melewati selatan pulau Jawa, hingga Papua. Hal itu memungkinkan gempa bisa terjadi kapan saja.
"Kita harus bersahabat dengan alam, di Maluku ini gempa bumi pasti terjadi, karena siklusnya berulang. Oleh sebab itu, pelajaran tentang mitigasi bencana harus diterapkan di sekolah-sekolah dimulai dari SD," kata Robert.
Baca juga: DPRD minta BPBD maksimalkan sosialisasi mitigasi bencana