Ambon (Antara Maluku) - Pembangunan kembali Desa Negeri Lima di Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah yang rusak akibat jebolnya bendungan alami Way Ela pada 25 Juli 2013 terhambat warga yang enggan lahannya dibebaskan pemerintah untuk fasilitas umum dan sosial.

"Warga Negeri Lima masih enggan lahannya dibebaskan untuk merealisasi program relokasi maupun membangun fasilitas umum maupun sosial di sana," kata Bupati Maluku Tengah, Abua Tuasikal, Selasa.

Padahal, pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) maupun kementerian teknis seperti Kementerian Pendidikan Nasional telah siap mengucurkan anggaran.

"Jadinya masih dikoordinasikan dengan pemilik lahan agar bersedia lahan hak ulayat dibebaskan untuk membangun kembali fasilitas, sosial, dan permukiman ratusan kepala keluarga (KK) warga yang telah rata akibat terjangan material `natural dam` Way Ela," ujar Bupati.

Diakuinya, relokasi pun masih akan di kawasan Desa Negeri Lima yang merupakan hak ulayat dengan letaknya tidak masuk daerah rawan bencana karena masih tersisa material longsor Gunung Ulakhatu yang membentuk `natural dam` Way Ela pada 13 Juli 2012.

Pemerintah Desa Negeri Lima diarahkan untuk menindaklanjuti kesepakatan saat sosialisasi agar bila anggarannya telah dialokasikan pemerintah, maka langsung membangun permukiman baru.

Lahan perlu disiapkan sejak dini agar tidak menghambat kegiatan pembangunan bila anggaran telah dialokasikan. Apalagi, para korban jebolnya `natural dam` Way Ela saat ini masih ditampung di tenda-tenda.

Sebelumnya, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku Mohammad Marasabessy menyatakan sejumlah tim ahli dari dalam maupun luar negeri, telah menyelesaikan survei, da kajian yang pada akhirnya menyimpulan idealnya permukiman warga Negeri Lima direlokasikan.

"Rekomendasi dari berbagai tim berkompeten dengan kawasan Way Ela maupun geologi yang nantinya memutuskan `nasib` warga Negeri Lima. Namun, demi keselamatan idealnya warganya bersedia direlokasi," katanya.

Sejumlah tim ahli juga telah menyarankan berbagai masukan terkait pengembangan Way Ela dan BWS Maluku untuk pengembangan tanaman yang cocok di sana.

Geolog Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon Dr Robert Hutagalung menyatakan, kawasan Way Ela tekstur tanahnya tergolong rawan longsor.

"Saya sejak awal longsornya Gunung Ulakhatu pada 13 Juli 2012 telah memberi peringatan soal bakal jebolnya `natural dam; Way Ela karenanya harus diantisipasi," katanya.

Pertimbangannya sejarah terbentuk pulau Ambon karena terjadinya letusan gunung api sehingga tekstur tanahnya tergolong rawan longsor.

"Jadi sewaktu-waktu, baik karena gempa bumi atau hujan dengan intensitas maupun durasi tinggi, maka kemungkinan terjadi longsor kembali relatif besar," ujar Robert.

Bencana Way Ela mengakibatkan tiga blok permukiman hanyut yakni Ulisihu, Elatua dan Henalelu terdata rumah yang rusak total maupun hanyut sebanyak 525 unit, SD sebanyak tiga unit, dua mushalla serta masing-masing satu menara Telkomsel, sarana air bersih SMA, taman pengajian, TK dan kantor KUD.

Sedangkan dua blok lainnya yang aman yakni Henalalu dan Nau.

Jebolnya `natural dam` Way Ela juga mengakibatkan tiga warga Negeri Lima teridentifikasi yakni Kasim Uluputty(85 tahun), Muksin Mahulauw (70 tahun) dan Arman Parasouw(66 tahun) dinyatakan hilang.

Jenazah Muksin ditemukan di sekitar Laut Teluk Piru, Kabupaten Seram Bagian Barat pada Sabtu (31/8) pagi.

Pewarta: Lexy Sariwating

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2013