Ambon, 19/12 (Antara Maluku) - Presiden, Joko Widodo mengatakan perlu pemantapan nilai-nilai kejuangan masyarakat Indonesia karena hal ini sejalan dengan program revolusi mental yang saat ini sedang digalakkan.
"Kita memperingati Hari Bela Negara yang dilaksanakan serentak di seluruh pelosok tanah air. Peringatan ini tidak terlepas dari upaya pemantapan nilai-nilai kejuangan masyarakat Indonesia," kata Presiden dalam sambutan tertulis yang dibacakan Staf Ahli Gubernur Maluku Bidang Hukum dan Politik, Bakri Lumbessy, pada Upacara Hari Bela Negra, di Ambon, Sabtu.
Menurut Kepala Negara, peringatan bela negara mengacu pada peristiwa sejarah 67 tahun yang lalu, tepatnya pada 19 Desember 1948. Pada saat itu, terbentuklah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera Barat atas inisiatif Mr. Sjarifoeddin Prawiranegara.
Peristiwa sejarah ini menunjukan upaya heroik dalam menjaga eksistensi bangsa, sekaligus menunjukan kepada dunia bahwa negara Kesatuan Republik Indonesia masih ada.
"Nilai-nilai heroik tersebut yang perlu terus kita aktualisasikan melalui berbagai karya nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya.
Presiden mengatakan, tugas-tugas bela negara bukan hanya tanggung jawab TNI semata, tetapi melibatkan seluruh komponen masyarakat mulai dari guru, bidan, tenaga kesehatan, petani, buruh, profesional, pegawai negeri sipil, pedagang serta profesi lainnya.
Karena itu, kebersamaan dan kohesitas sangat diperlukan. Kebersamaan dan kohesitas ini akan tercapai apabila ada pemahaman yang jelas tentang peran dan fungsi masing-masing yang tentunya akan berdampak bagi penguatan persatuan dan kesatuan bangsa.
"Bangsa kita bukan hanya menghadapi tantangan di bidang politik, keamanan dan ekonomi. Namun juga menghadapi tantangan dalam mengelola kemajemukan. Kemajemukan bisa menjadi kekuatan yang maha dahsyat jika kita mampu menjaga dengan baik," ujarnya.
Lebih lanjut, Presiden, mengatakan banyak contoh yang bisa dilihat, bagaimana bangsa yang harus menghadapi takdir sejarah terpecah-belah, tercerai-berai karena tidak mampu menjaga kemajemukan.
"Kita semua tidak menghendaki hal ini terjadi di bumi pertiwi Indonesia. Tugas kita semua untuk membangun dan memastikan Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI) tetap berdiri kokoh," tandasnya.
Karena itu, dibutuhkan sumber daya manusia(SDM) yang tidak hanya memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga memiliki kualitas sikap mental dan perilaku cinta tanah air dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. SDM dengan kualitas inilah yang menjadi modal Indonesa untuk menjamin kelangsungan hidup serta kepentingan nasionalnya.
Kesadaran bela negara sangat penting untuk ditanaman sebagai landasan sikap dan perilaku bangsa Indonesia. Hal ini merupakan bentuk revolusi mental sekaligus untuk membangun daya tangkal bangsa dalam menghadapi kompleksitas dinamika ancaman sekaligus untuk mewujudkan ketahanan nasional.
"Kesadaran bela negara dapat diaktualisasikan dalam peran dan profesi setiap warga negara. Kesadaran bela negara juga menjadi modal sosial bangsa untuk membangun diri menjadi bangsa yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong," kata Presiden.
Untuk mengimplementasikan hak-hak warga negara dalam pembelaan negara, pemerintah melalui Kementerian Pertahanan telah menyelenggarakan Program Pembentukan Kader Bela Negara. Program ini bertujuan untuk mewujudkan terbentuknya kader bela negara yang memiliki kesadaran sikap dan perilaku yang menjunjung tinggi pentingnya aktualisasi nilai-nilai bela negara.
"Nilai-nilai tersebut adalah cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, setia kepada pancasila dan rela berkorban. Kita membangun karakter disiplin. Optimisme, kerja sama dan kepemimpinan guna turut menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara," ujarnya.
Selanjutnya, menurut Presiden, para kader bela negara diharapkan mampu menyebarluaskan nilai-nilai bela negara kepada masyarakat di masing-masing wilayah serta di lingkungan tugas dan pekerjaanya. Dengan demikian akan terwujud implementasi dari gerakan nasional bela negara.
"Pada Hari Bela Negara 2015, saya mengajak saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air untuk bersama-sama senantiasa berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara sesuai dengan peran dan profesi masing-masing," tandas Presiden.
Ia menyadari, bahwa kesadaran bela negara tidaklah tumbuh dengan sendirinya, akan tetap harus ditanamkan dan ditumbuhkembangkan dengan berbagai upaya sejak dini.
"Saya juga mengajak saudara-saudara sekalian, hendaknya dimulai dari diri sendiri, dari hal yang terkecil dan mulai saat ini, mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat sehingga menjadi kesadaran bangsa Indonesia," ujar Presiden.
Tugas bela negara, lanjutnya, adalah tanggung jawab yang berat seiring dengan makin kompleksnya tantangan yang dihadapi. Namun melalui semangat kebersamaan dan persatuan serta kerja keras, kita semua mampu membawa Indonesia menjadi negara yang berdaulat, berkepribadian serta berlandaskan gotong royong.
Presiden: Perlu Pemantapan Nilai Kejuangan Masyarakat Indonesia
Sabtu, 19 Desember 2015 21:47 WIB